Connect with us

Feature

Pesona Air Terjun Efrata

Published

on

Penulis menikmat air terjun Efrata. (foto: dok. pri)

JAYAKARTA NEWS – Setelah mengunjungi destinasi wisata Bukit Holbung Sipege beberapa hari lalu, perjalanan selanjutnya menuju Air Terjun Sampuran Efrata, yang berada di Desa Sosor Dolok. Jarak dua destinasi tersebut tidaklah begitu jauh, hanya sekitar 25 menit menggunakan mobil dan sedikit lebih cepat jika menggunakan sepeda motor. Kedua destinasi itu berada di dua desa yang berbeda, Harian Boho dan Samosir.

Untuk menuju ke Air Terjun Efrata saat ini sudah ada dua jalur. Pertama jalur dari Kecamatan Harian Boho dan yang kedua jalur dari persimpangan persimpangan puncak Tele, dengan waktu tempuh sekitar 20 menit.

Saat itu kami melalui jalur Kecamatan Harian Boho. Dari sebuah pasar tampak plang bertuliskan Air Trjun Efrata. Waktu tempuh dari plang petunjuk ke lokasi, hanya sepuluh menit. Jadi bagi yang belum pernah datang ke sana, dijamin tidak akan menemui kesulitan. Sementara jika dari Kota Pangururan sebagai ibukota Kabupaten Samosir akan menghabiskan waktu sekitar satu jam dengan jarak sekitar 24 km.

Udara sejuk menyergap jendela mobil yang sengaja terbuka. Terik matahari nyaris tak mampu memberi sengatan berarti pada kulit tubuh kita. Di beberapa titik dalam perjalanan tampak bedeng persawahan dipenuhui padi menghijau, serta bebatuan besar-besar, serta bebukitan di kejauhan sana.

Akhirnya kami tiba di lokasi air terjun Efrata. Dari lokasi parkiran mobil, terlihat jelas ada sebuah rumah sekaligus tempat jualanan makanan dan minuman yang membelakangi air terjun. Rasa ingin mendekatinya pun sudah tidak sabar, tetapi kami terlebih dahulu harus membayar retribusi.

Rumah memunggungi air terjun efrata. Di sini, pula Ibu Boru Sinaga memungut retribusi. Untuk melayani pengunjung, ia menjual aneka minuman dan penganan. (foto: monang sitohang)

Di sudut lain, tampak seorang Ibu sedang duduk menghadap meja. Rupanya, dialah petugas pungut retribusi kawasan wisata tersebut. Kemudian kami menghampiri. “Berapa uang masuknya bu,” ujar salah seorang dari kami, lalu si ibu bernama Boru Sinaga menjawab, “Tujuh ribu untuk pengunjung, lima ribu untuk parkir mobil.” Setelah menerima uang pembayaran retribusi, ibu Sinaga menunjukkan lokasi ganti pakaian tak jauh dari parkiran.

Kini, kami siap berbasah-basah menikmati air terjun. Jalan menuju lokasi air terjun, tidak seperti kebanyakan jalan di lokasi air terjun lainnya. Di sini, tidak ada jalan terjal mendaki, atau menukik tajam ke bawah. Landai-landai saja.

Di kawasan air terjun terlihat pepohonan liar. Makin mendekat lokasi air terjun, gemuruh suara air terjun semakin keras. Cipratannya cukup untuk membasahkan pengunjung yang berada di radius dua-tiga meter dari titik jatuhnya air. “Sungguh menakjubkan. Dari beberapa air terjun yang sudah dikunjungi ini sepertinya yang paling lebar,” gumamku dalam hati. Bentang air terjun tak kurang dari 10 meter, dengan ketinggian sekitar 30 meter.

Curahan debit air terjunnya pun lumayan deras. Air terjun turun melalui tebing-tebing terjal dan curam. Airnya pun terasa sejuk, ingin rasanya menikmati air terjun sembari berdiri di sekitar bebatuan tersebut sambil mandi.  Dan memang tidak ada larangan mandi di bawahnya. Hanya saja, harus hati-hati karena bebatuan yang ada cukup licin dan bisa memelesetkan langkah yang gegabah. Siang itu, niat berbasah-basah terpaksa kami urungkan. Bukan karena batu yang licin, tetapi karena airnya tampak kemerah-merahan, dampak dari turunnya hujan beberapa hari terakhir.

Akhirnya kami hanya berswafoto lalu kembali. Sebelum pulang saya sempatkan bertanya kepada ibu Boru Sinaga, “Lagi sepi hari ini ya Bu?” Ia menjawab, tadi ada beberapa orang mandi di air terjun. Mereka pengunjung yang datang dari Bukit Holbung, sehabis camping. Sebelum pulang mampir ke air terjun Efrata. Ada yang mandi, ada yang berfoto-foto. (Monang Sitohang)

Air Terjun Sampuran Efrata berada di Desa Sosor Dolok, Kecamatan Harian Boho, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. (Foto. Monang Sitohang)