Connect with us

Feature

Magical Hands Haji Saip, Berlimpah Berkah

Published

on

Kegiatan Haji Saip mengobati pasiennya di teras rumah, bilangan Parung, Bogor. (foto: agus sundayana)

MESKI usianya sudah merangkak 93 tahun, tetapi penampilan Haji Saipulhadi masih sumringah. Warga Desa Warujaya, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat ini, juga masih “sakti”. Sehari-hari, Haji Saip, panggilan akrabnya, tetap ringan tangan mengobati patah tulang, persendian, urat terkilir, dan keluhan sejenis lainnya.

Dua tahun lalu, saat pertama kali berkunjung ke kediaman Haji Saip, rumah yang sekaligus dijadikan tempat praktek pengobatan itu, sangat sederhana, berdinding bambu, beralaskan tanah. Teras rumah berukuran sekitar 4 x 6 meter dijadikan tempat praktek penyembuhan.

Siang itu, tampak Haji Saip sedang sibuk menangani pasiennya. Puluhan pasien sabar menanti magical hands Haji Saip. Di dalam rumahnya, terlihat tiga pasien sedang menjalani rawat inap, di kamar yang sangat sederhana.

Haji Saip dan istri saat menunaikan ibadah haji.

Awalnya, Jayakartanews diterima oleh Jami (85) istri setia Haji Saip yang dinikahinya tahun 1970. Ibu 11 anak, nenek 18 cucu, dan buyut dari 16 cicit itu, masih tetap ramah. Mudah diajak ngobrol, bahkan tak jarang ia sendiri menyelinginya dengan senda-gurau.

Saat keadaan mulai senggang, barulah Haji Saip bergabung. Ia bercerita, dalam satu hari, tak kurang dari 30 sampai 40 pasien datang berobat. Tidak jarang, ada yang datang dari luar Parung, seperti Bandung, Purwokerto, bahkan Yogyakarta. Keluhan mereka beragam, mulai dari patah tulang, terkilir, atau masalah persendian.

Nah, bicara soal tarif pengobatan, Haji Saip hanya terkekeh. “Seikhlasnya… Ikhlas, itu yang penting, he…he…he…,” ujarnya. Tarif “seikhlasnya” itu juga berlaku bagi pasien rawat inap. Terhadap mereka, Haji Saip tidak mengenakan tarif tertentu. Ia hanya tahu mengobati, menyediakan tempat istirahat ala kadarnya, dan makanan yang sama dengan yang ia makan.

Haji Saip berfoto bersama Aa Gym.

Para pasien menginap, biasanya adalah penderita patah tulang berat, ditambah, berasal dari luar kota. Agar tidak mondar-mandir menempuh perjalanan jauh yang melelahkan dan merepotkan, mereka biasanya memilih menginap di rumah Haji Saip sampai sembuh.

Berkisah tentang hikayat menjadi “jawara urut”, Haji Saip menyebut nama gurunya, Haji Pahru (alm) di Cimande, Bogor arah ke Sukabumi. Ia belajar urut tahun 1970. Empat tahun kemudian, baru ia berani mengamalkan ilmunya bagi siapa saja yang membutuhkan. “Sebenarnya, akar dari pengobatan ini adalah ilmu silat Cimande,” ujar Saip.

Begitulah, tahun demi tahun, Saip menekuni profesi tukang urut patah tulang. Dari “uang terima kasih” pasien yang diterima, sedikit demi sedikit disisihkan untuk ditabung dengan angan-angan bisa naik haji. Kurang lebih 30 tahun lamanya, persisnya tahun 2012, barulah ia mendaftarkan haji.

Tidak sekadar berhaji, berkat bantuan kerabat, ia naik haji plus tahun 2015 lewat Biro Perjalanan Haji Tazkia, Tebet, Jakarta Selatan. Berdua istri, bianya lebih dari Rp 300 juta. Ia mengangsur biaya itu sebanyak lima kali sejak awal mendaftar, 2012.

Ada cerita menarik saat pergi haji dua tahun lalu itu. Jamaah dalam satu rombongan banyak yang tahu kalau ia bisa ngurut. Setelah rukun haji semua selesai dilaksanakan, menunggu dua hari lagi kembali ke Tanah Air, banyak jamaah datang ke kamarnya minta diurut dan memberi imbalan. Alhasil, terkumpul Rp 32 juta rupiah. “Subhanallah…,” desisnya.

Seminggu setelah sampai rumah, uang sebanyak Rp 32 juta hasil ngurut di Mekah itu, dibagikan kepada 150 anak yatim di sekitar tempat tinggalnya. Bukan itu saja, rezeki yang terus mengalir, digunakan pula untuk memperbaiki rumahnya. Kini, rumah Haji Saip tak lagi berdinding bambu beralaskan tanah, melainkan sudah bertembok dan berkeramik. Saip mengaku, itu semua dari ucapan terima kaish para pasiennya.

“Semoga saya diberi panjang umur dan kesehatan oleh Allah, agar selalu dapat menolong orang sakit,” ucapnya mengakhiri perbincangan. Aamiin…. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *