Connect with us

Feature

Ketika Pahlawan Ditolak Ambulans

Published

on

Sang ayah meninggalkan Puskesmas Cikokol, disakskan warga yang menatapnya iba. (foto: youtube)

Jayakarta News – Kisah tragis terjadi di Kota Tangerang. Seorang bocah umur 8 tahun bernama Muhammad Husein, mencoba menjadi pahlawan bagi temannya, Fitra (12) yang tenggelam di Sungai Cisadane. Peristiwa terjadi Jumat (23/8/2019) petang.

Bagi Fitra dan Husein, mandi di sungai adalah kebiasaan sehari-hari. Malang tak dapat ditolak, hari itu arus begitu deras, dan Fitra tenggelam terseret arus. Demi melihat temannya hanyut, Husein berenang mengarah ke tubuh Fitra yang hanyut. Apa lacur, Tuhan menakdirkan dua-sahabat ini menjemput ajal bersama-sama, di derasnya air keruh Cisadane.

Warga yang berusaha menolong, akhirnya berhasil mengangkat jazad Husein, tak lama setelah kejadian. Sementara Fitra baru ditemukan warga pukul 23.00 malam harinya.

Tragedi kemanusiaan terjadi, pasca pengangkatan jazad Husein. Ayah korban menggendong anak lelakinya yang tak bernyawa menuju arah Puskesmas Cikokol, tak jauh dari lokasi kejadian. Maksud hati, berharap pelayanan ambulans Puskesmas untuk, setidaknya mengantar ke rumah duka di Kampung Kelapa, Kota Tangerang yang berjarak sekitar 3 kilometer.

Lelah fisik membopong mayat anak dari bibir sungai ke Puskesmas, sang ayah tak lagi mampu berkata-kata ketika petugas Puskesmas bernama Suryadi menolak mentah-mentah permintaan tolong yang ia ajukan. Suryadi menolak mengantar jazad Husein pulang ke rumahnya, meski hanya untuk delapan menit perjalanan menggunakan ambulans.

Suryadi beralasan, standar operasi prosedur pemakaian ambulans hanya untuk mengangkut orang sakit, bukan orang mati. Itulah ketentuan yang ia terima dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang. Karenanya, ia tidak berani melanggar aturan. Puluhan warga yang berkerumun di Puskesmas sore itu pun tak mampu melunakkan hati Suryadi sang petugas Puskesmas.

Hari merambat petang. Satu jam jazad Husen terkulai di dekapan ayahnya. Putus asa meminta bantuan pertolongan petugas Puskesmas Cikokol, sang ayah yang berjaket hitam itu pun menggendong kembali jazad sang anak meninggalkan Puskesmas. Pelan ia mengayun langkah dengan satu arah: Pulang ke rumah.

Sang ayah perwira…. Ia tetap tegap melangkah menggendong jenazah anaknya. Entah apa yang ada di perasaannya, demi melihat puluhan, ratusan, bahkan ribuan orang yang memandanginya sepanjang ia berjalan kaki membawa jazad sang anak.

Saat hendak naik jembatan penyeberangan, seseorang yang berhati mulia memanggilnya. Ia menawarkan kendaraannya, mobil Honda Freed warna abu-abu, untuk mengantarnya ke rumah. Ialah sang dewi penolong.

Hari itu, tragedi kemanusiaan terjadi di Kota Tangerang. Seorang bocah dengan jiwa mulia menolong teman yang tenggelam, meski akhirnya nyawanya sendiri melayang. Ia adalah bocah pahlawan yang jazadnya ditolak ambulans.

Demi dan atas nama rasa miris melihat sikap aparat Puskesmas dalam melayani rakyat, jari-jemari ini iseng mengunjungi website resmi kota Tangerang. Terbelalak mata ini membaca Visi Kota Tangerang yang berbunyi: “Terwujudnya Kota Tangerang yang sehajahtera berakhlakul karimah dan berdaya saing.”

Sebuah visi yang jauh panggang dari api. (rr)

Membopong jazad anak yang tak lagi bernyawa, setelah ditolak Puskesmas Cikokol. (foto: youtube)
Berjalan membopong jenazah anak melintas jalan raya. Ketika hendak naik jembatan penyeberangan, ada seseorang yang memanggil. (foto youtube)
Pengemudi Honda Freed abu-abu yang baik hati. Menawarkan jasa mengantar si bapak malang, pulang membawa jenazah Husein, anaknya. (foto: youtube)

Sumber Tulisan: https://news.okezone.com/read/2019/08/24/338/2096127/ditolak-ambulans-jenazah-korban-tenggelam-di-tangerang-digendong-hingga-rumah-duka

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *