Connect with us

Entrepreneur

Jonathan Kuo Gelar Resital Piano di Tiga Negara Asean

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Lepas pandemi, tahun 2022 benar-benar merupakan tahun emas bagi pianis muda Jonathan Kuo. Jelang akhir tahun saja, Jonathan unjuk penampilan dengan menghelat konser di Singapura, Indonesia dan Malaysia. Bagi penikmat musik klasik, ini merupakan kesempatan langka.

Pianis muda berprestasi ini baru saja sukses menggebrak Steinway Gallery Singapore dan membawakan instrumentalia ‘Sepasang Mata Bola’ aransemen Yazeed Jamin bersama Batavia Madrigal Singer. “Tahun ini jadi tahun terpadat saya unjuk diri di Singapura, Indonesia dan Malaysia,” jelas Jonathan Kuo.

Rangkaian tur keduanya, Jonathan tampil di Goethe Haus, Jakarta, Kamis (29/9) yang disesaki khalayak musik klasik. Pada malam resital itu, dia membawakan tiga karya komponis favoritnya. Yaitu Sonata in D Major, Op.10, No. 3 (Beethoven), Le tombeau de Couperin (Ravrl) dan Sonata in A Minor, D.845 (Schubert).

Sedangkan untuk tur pamungkas di Malaysia bakal digelar di Kampus UCSI, Kuala Lumpur, 6 Oktober mendatang. “Terhitung sudah delapan konser yang saya lakukan tahun ini. Saya berharap bisa tampil di seluruh negara Asean, seperti Thailand, Filipina, Vietnam,” beber Jonathan.

Iswarga R Sudarno, konduktor dan guru di Konservatorium Musik Jakarta mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan rutinitas seorang seniman musik dan pianis. “Dia harus produktif terus menggelar konser,” timpal Iswargia.

Selama tiga bulan Jonathan berlatih dibimbing Iswargia dengan tingkat kesulitan yang tinggi. “Karena memang nomor-nomor yang dimainkan Jonathan berstandar internasional untuk resital piano,” jelas Iswargia.

Ihwal ketiga komposisi yang dimainkan Jonathan selama 20 menit, Sonata in D Major, Op.10 No.3 dari Berthoven diciptakan di Wina di akhir Abad XVIII. Di masa itu komposisi ini dianggap avant-garde baik dari segi harmoni, struktur komposisi maupun akornya. Nomor kedua dari Ravel gaya komposisinya mengambil ide musik Barok Perancis di abad XVII.  Komposisi terakhir dari Schubert yang dimainkan 35 menit ini memiliki lirisisme yang sangat puitis. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *