Connect with us

Profil

Habib Lutfi, Padang Bulan Merah Putih

Published

on

SOSOK Habib Lutfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya, adalah sosok multi talenta. Dalam kehidupan kesehariannya, Habib Lutfi tampak sangat bersahaja. Dalam kesempatan berbeda, tiba-tiba menjadi “singa panggung” saat berkhotbah di majelis kliwonan, di depan ribuan jemaahnya, jemaah Tarreqoh.

Habib Lutfi, lahir di Pekalongan, Jawa Tengah. Di usia yang 67 tahun, ia dikenal sangat teliti dalam banyak hal. Tidak hanya saat berkhotbah, tetapi juga saat menggoreskan sapuan kuas di atas kanvas. Benar, ternyata Habib Lutfi juga sangat piawai melukis. Masih ada kebisaannya yang lain, dia juga mahir memainkan banyak alat musik.

Di tengah kesibukan syiar Islam, Habib Lutfi bahkan masih sempat mengaransemen lagu. Tidak sedikit lagu gubahannya, di antaranya lagu berjudul Cinta Indonesia, Cinta Tanah Air, Padang Bulan, Padang Bulan Merah Putih, Asoy, Sholawa Jawa, dan lain-lain. Di antara sekian lagu, lagu Padang Bulan bahkan acap dilantukan habib-habib lain ketika berdakwah.

“Semua lagu, sudah saya patenkan,” ujar Habib Lutfi. Tujuan mematenkan lagu ciptaanya, untuk mendidik masyarakat agar bisa menghargai karya inteletual seseorang. Tokoh Islam yang juga menjabat Ketua MUI Jawa Tengah itu, juga dikenal sebagai ustads nasionalis. Ini tampak ketika kepadanya disodorkan topik-topik pembicaraan kebangsaan, yang spontan ditanggapi secara antusias.

Lagu karya Habib Luthi yang berjudul NKRI Harga Mati, adalah salah satu karya yang menggambarkan sikap nasionalismenya. Lepas dari segalanya, ia adalah kreator dakwah yang kreatif. Media syiar atau dakwah bisa dikemas dalam berbagai cara. “Coba perhatikan musik Kitaro. Seniman Jepang itu, sangat berhasil dalam berdakwah melalui musik kreasinya. Kita, dengan ragam budaya dan alat musik, harusnya bisa lebih dari Kitaro,” ujarnya. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *