Connect with us

Profil

Siasat Jitu Travel Boraspati Menyiasati Kompetisi

Published

on

KISAH sukses inspiratif, datang dari pengusaha travel bernama CHJ Gultom. Malang melintang sebagai karyawan biro perjalanan sejak tahun 1983, banyak prestasi ditorehkan Gultom. Sejak di Travel Sukma, kemudian pindah ke Sutrabu, ia selalu menjadi the best employee. Kontribusinya memajukan perusahaan, terbilang fantastis. Di Sutrabu, misalnya, baru bekerja dua tahun, ia sudah bisa membuat perusahaannya mampu membeli bus pariwisata sendiri.

Bagi Gultom, bekerja adalah satu “ilmu” yang tidak didapat di Akademi Pariwisata NHI Bandung (sekarang Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung), tempat dia kuliah. Ia lulus tahun 1983, bermodalkan ijazah. Ilmu sebenarnya justru didapat ketika ia bekerja di dua perusahaan tadi, sehingga pada satu titik memunculkan semangat dan jiwa kemandirian. “Cukup sudah saya menimba pengalaman dari tempat saya bekerja. Sekarang saatnya saya mengembangkan sayap usaha sendiri,” begitu kalimat yang berkecamuk dalam relung hati dan pikiran Gultom.

Syahdan, Gultom pun mendirikan Travel Boraspati padai tahun 1989 di Medan, Sumatera Utara. Pada level sebagai pemilik usaha travel, Gultom sejatinya sudah memiliki setidaknya dua syarat penting. Pertama, ilmu akademik, dan kedua, pengalaman kerja. Satu-satunya yang belum ia miliki, dan kemudian ia sadari sebagai sesuatu yang kurang pada dirinya adalah “mentalitas seorang pengusaha”, atau toke istilahnya.

Jika selama ini ia bermental “pekerja”, sekarang posisinya adalah “pengusaha”. “Mengubah mindset dari pekerja ke pengusaha saya rasakan tidak terlalu sulit. Sebab, poin utamanya adalah pada tanggung jawab dan tuntutan untuk survive. Yang berat adalah how to survive,” ujar Gultom.

Sulitnya eksis bagi pengusaha travel yang baru, makin terasa ketika pada kenyataannya ia harus head to head dengan kompetitor yang lebih dulu eksis dan mapan. Dengan jaringan yang mereka miliki, maka komponen cost bisa ditekan. Apalagi, beberapa perusahaan travel sudah punya hotel dan bus sendiri di Prapat atau di Medan. Bukan hanya itu, beberapa di antaranya bahkan punya restoran dan kapal sendiri. “Karena itu, mereka bisa menjual paket wisata dengan harga murah,” tambahnya.

CHJ Gultom sempat berada di posisi to be or not to be. Ibarat maju basah, mundur basah, maka segera ia menghapus wacana mundur dan lebih memilih maju terus. Persoalannya kemudian adalah, siasat jitu apa yang harus dimainkan, agar usahanya berhasil. “Yang terbayang ketika itu adalah, bagaimana saya memiliki produk unggulan yang tidak dimiliki travel agent lain. Bagaimana caranya orang harus mencari saya,” ujar Gultom semangat.

Kini, Gultom bisa bernapas lega. Ide out of the box berhasil menyelamatkan bahtera bisnis yang digelutinya. Travel Boraspati punya produk wisata unggulan. Travel Boraspati dicari-cari wisatawan. Nias adalah sebuah jawaban. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *