Connect with us

Kabar

Demam Keong, Apa Itu? Ini Gejala dan Cara Mencegahnya

Published

on

JAYAKARTA NEWS— Demam Keong. Pasti kebanyakan orang belum tahu atau bahkan terasa aneh dengan sebutan penyakit itu. Seperti apakah yang disebut demam keong, bagaimana gejalanya dan pencegahannya. Apakah sama dengan demam-demam yang lainnya. Dan banyak lagi pertanyaan.

Berikut ini mengutip alodokter, penjelasan tentang demam keong yang sempat menginfeksi sejumlah orang di Sulawesi Tengah.

Demam keong atau schitosomiasis merupakan penyakit infeksi cacing Schistosoma yang bisa hidup dan berkembang dalam tubuh keong atau siput dari genus Biomphalaria dan Bulinus. Penularannya terjadi saat seseorang kontak dengan air tawar yang terkontaminasi bentuk cercaria dari cacing Schistosoma.

Nah, karena itulah, salah satu faktor yang bisa meningkatkan risiko terjadinya demam keong adalah pernah melakukan aktivitas di air tawar, seperti berenang atau menyelam.

Gejala yang harus Diwaspadai

Demam keong akan terjadi saat seseorang terpapar bentuk cercaria dari cacing Scistosoma yang menempel di kulit, kemudian masuk, berkembang, dan menyebar di dalam tubuh. Gejala demam keong muncul akibat proses migrasi atau perpindahan parasit dan respons sistem kekebalan tubuh terhadap telur cacing.

Gejala demam keong ini bisa terjadi akut (cepat) atau kronis (lambat laun dan lama). Gejala akut dan awal dari infeksi cacing Schistosoma bisa berupa gatal dan ruam pada kulit akibat parasit yang menempel di kulit dan masuk ke tubuh.

Selanjutnya, dalam periode 1–2 bulan setelah terpapar, cacing mulai , menggigil, batuk, nyeri otot, sakit kepala, diare berdarah, sakit perut.

Selain gejala akut akibat reaksi sistem imun dari telur cacing, gejala demam keong kronis juga yang bisa muncul dan berkembang setelah beberapa bulan hingga tahun pascaterpapar parasit. Beberapa gejala yang bisa muncul adalah:

Sakit perut yang disertai membesarnya/membengkaknya perut (ascites), pembesaran organ hati (hepatomegali), kencing berdarah (hematuria), anyang-anyangan (dysuria), tinja berdarah, batuk terus-menerus hingga mengi.

Meski jarang terjadi, penderita demam keong bisa mengalami kejang, lumpuh, atau peradangan sumsum tulang belakang. Hal ini bisa terjadi jika cacing Schistosoma bertelur di otak atau sumsum tulang belakang.

Kalau tidak mendapatkan pengobatan, demam keong bisa menyebabkan kerusakan organ secara permanen.

Mencegah Demam Keong

Sejauh ini, belum tersedia vaksin khusus untuk mencegah schistosomiasis. Jadi, jika kamu tinggal di wilayah dengan kasus demam keong cukup tinggi, hindari aktivitas berenang di danau, sungai, atau waduk, ya.

Selain itu, coba terapkan beberapa langkah berikut ini untuk mencegah penularan cacing schistosoma:

-Jika menggunakan sumber air tawar, selalu rebus air sebelum diminum

-Segera keringkan tubuh dengan handuk apabila tidak sengaja terpapar air dicurigai terkontaminasi

-Hindari mencuci pakaian di sumber air yang terdapat banyak siput air tawar yang dicurigai terkontaminasi cacing schistosoma

-Jangan memancing ikan di perairan yang telah terkontaminasi

-Selalu gunakan air bersih untuk mandi, mencuci, dan mengolah air minum

-Terapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

Nah, kalau kamu atau anggota keluarga ada yang mengalami gejala demam keong atau schistosomiasis seperti yang telah disebutkan di atas, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.

Soalnya, demam keong harus segera diobati. Praziquantel adalah salah satu obat yang bisa digunakan untuk membunuh cacing dewasa yang berada di dalam tubuh. Dengan begitu, gejala berat hingga kerusakan organ tubuh bisa dicegah.

Selain itu, dokter juga bisa memberikan penanganan untuk meredakan gejala atau mengurangi risiko terjadinya reaksi tubuh akibat pengobatan yang bisa terjadi.***alodokter

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *