Traveling
Begini generasi milenial Asia ‘booking’ untuk petualangan mereka
JEANS telah membawa Somsri Sukumpantanasan, seorang pekerja kantoran berusia 54 tahun dari Bangkok, sampai ke Kojima, sebuah kota pesisir terpencil di barat daya Jepang, sederhana: Di sanalah celana jeans favoritnya yang sudah berusia 17 tahun berasal.
“Dia ingin tahu cerita di balik jeans Momotaro-nya,” jelasnya, mengacu pada merek premium yang, bersama dengan 34 toko lainnya, merupakan bagian dari “Jeans Street” di pusat kota kecil tersebut.
Kisah ini mungkin tampak seperti jalan panjang untuk mendapatkan celana jins, tapi Somsri dan keluarganya tampaknya benar-benar mewakili turis Asia yang baru, yang tidak takut untuk keluar menyusuri jalan setapak dan menuju ke tempat-tempat yang tidak biasa dikunjungi oleh paket-paket wisata lazimnya. Meningkatnya pendapatan, tarif pesawat udara yang lebih murah dan kekuatan media sosial, membuat mereka lebih mudah melakukannya.
Untuk tempat seperti Kojima, tren yang ada dalam berwisata ini menjadi sebuah berkah. Kota ini menghasilkan jeans Jepang pertama pada tahun 1960-an dan kemudian dengan cepatnya berkembang menjadi area pembuatan denim utama di negeri Sakura ini. Tapi karena produsen mulai mencari tenaga kerja murah, ekonomi lokal terkalahkan, dan tidak lama jalan menuju kawasan perbelanjaan utama tertutup oleh kehadiran toko-toko, maka tren penurunan wisata kemudian menambah kesengsaraan kota.
Namun kini, ekspos di media sosial telah membantu memberi nyawa baru bagi bengkitnya “kiblat jeans Jepang”. Ada semacam kontrak baru untuk hidup. Gambar jemuran penuh bluejeans berkibar di jalan kawasan perbelanjaan utama telah terbukti sukses dengan banyaknya yang mem-follow di Instagram. “Kami sangat ingin membuat tempat ini terlihat lebih menarik, meski hanya memiliki anggaran kecil,” kata Nobuichi Dazai, managing director Kamar Dagang dan Industri Kojima. “Tapi sepertinya kita melakukannya dengan benar.”
Diperkirakan sekitar 150.000 orang sekarang mengunjungi Jeans Street setiap tahunnya. Dengan anggaran 15 juta yen, kota ini berencana membangun toilet umum bertema jins yang diharapkan akan menjadi tempat berselfie yang populer untuk pengunjung kota Kojima.
Dengan smartpone, sekarang separuh dari persoalan yang dihadapi kelompok milenmial, seperti terselesaikan. Agenda pribadi, dapat disusun dan diiingatkan sekaligus oleh smartphone. Dengan bersenjata smartphone, orang dapat memperoleh banyak informasi secara online, yang bahkan sangat fleksibel dengan rencana mereka. Dengan berbekal smartphone, kini wisatawan dapat menciptakan perjalanan yang sesuai dengan selera mereka.
Dalam kasus Somsri, kota Kojima adalah bagian dari perjalanan keluarga mereka selama 13 hari di Jepang, yang telah direncanakannya. Mereka ke Jepang, antara lain karena ingin mencoba kereta super cepat shinkansen, dimana Thailand juga mencoba untuk memiliki kereta berkecepatan tinggi seperti itu sendiri.
Dia mengetahui tentang transportasi, akomodasi dan tempat makan yang baik di internet dengan menggunakan tip dari situs web seperti TripAdvisor dan Pantip. Ini adalah forum diskusi online paling populer di Thailand.
Pengalaman Xarina David, seorang petenis Filipina juga menggambarkan, betapa smartphone memberi kemudahan. Pegawai negeri berusia 25 tahun itu, menghabiskan 10 hari pada April lalu untuk berkeliling Asia Tenggara bersama sekelompok temannya. Mereka memilih untuk mengunjungi kota Luang Prabang kuno Laos, setelah melihat informasinya di sebuah blog perjalanan dan situs media sosial, yang telah memberi mereka banyak tip untuk mengatur perjalanan mereka sendiri.
Lantas, kemana agenda jalan-jalan Anda bersama keluarga atau kawan-kawan tahun ini akan dilakukan? Jangan risau, semua bisa diatasi dengan smartphone Anda bukan?