Kabar
Trump Buka Pintu Ketemu dengan Kim Jong-Un
PRESIDEN Amerika Serikat Donald Trump membuka pintu untuk bertemu dengan Presiden Korea Utara Kim Jong-un. Trump menyatakan, dirinya akan merasa terhormat untuk bertemu dengan pemimpin muda tersebut dalam situasi yang tepat, bahkan ketika Pyongyang menegaskan akan terus melakukan uji coba senjata nuklirnya.
“Jika cocok saya dan dia bisa bertemu, saya benar-benar merasa terhormat untuk melakukannya,” kata Trump dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg News. “Dalam situasi yang tepat, saya akan bertemu dengannya,” tambah Trump.
Sekalipun demikian Trump tidak mengelaborasi kondisi bagaimana yang perlu dipenuhi, agar pertemuan semacam itu dapat terjadi. Pihak Gedung Putih sendiri kemudian mengambil “nada” yang lebih hati-hati dalam merespon hal ini. “Saya tidak melihat ini (akan) terjadi dalam waktu dekat,” kata juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer.
Dalam beberapa pekan terakhir ini, ketegangan di Semenanjung Korea telah memanas yang dipicu oleh kekhawatiran terhadap langkah Korea Utara untuk melakukan uji coba rudal jarak jauh, atau uji coba nuklir. Korea Utara secara teratur memprovokasi dengan pernyataan akan menghancurkan AS, Jepang dan Korea Selatan.
Presiden Trump memberi reaksi dengan meningkatkan jangkauannya ke sekutu-sekutunya di Asia pada akhir pekan lalu, guna membahas ancaman Korut serta memastikan semua koleganya itu tetap “berada di halaman yang sama” apabila diperlukan dilakukan suatu tindakan, demikian kata pejabat Gedung Putih.
Washington juga melobi China, sekutu utama Korea Utara, untuk mengendalikan pembangunan nuklir dan rudal Pyongyang.
Dalam sebuah pertemuan di Dewan Keamanan PBB pada pekan lalu, Beijing memperdebatkan untuk melanjutkan perundingan dengan Korea Utara dan memperingatkan terhadap opsi militer, sebuah pandangan yang didukung oleh Rusia, yang, seperti China, memiliki perbatasan darat dengan Korea Utara.
Konflik Mungkin Terjadi
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Presiden Trump memperingatkan pada Kamis (27/5/2017), dimungkinkan terjadinya sebuah “konflik besar dan utama”. Amerika sendiri telah mengirim kapal induk USS Carl Vinson, yang bertenaga nuklir itu, untuk meluncur dari Semenanjung Korea, sebagai tolak ukur ke Korea Utara (Republik Rakyat Demokratik Korea/ DPRK).
Amerika kini memegang kendali untuk dijatuhkannya sanksi dan tekanan terhadap pemerintah Korea Utara, selaras dengan kebijakan baru DPRK.
Sebagai catatan, Korea Utara secara sepihak telah melakukan lima uji coba nuklir dan serangkaian uji coba rudal yang bertentangan dengan Dewan Keamanan PBB dan resolusi sepihak. Hal ini diyakini telah membuat kemajuan dalam mengembangkan rudal jarak menengah dan rudal yang diluncurkan dari kapal selam. Korea Utara sebelumnya telah menguji peluncuran rudal, namun menurut Seoul Korea Utara gagal melakukannya. Sekalipun demikian masyarakat internasional jelas-jelas mengecamnya.
“Amerika Serikat telah … bernegosiasi, mengadakan pembicaraan, dan menunggu dengan sabar,” kata Wakil Presiden AS Mike Pence kepada CBS News. “Sementara kita melihat bahwa rezim di Korea Utara terus berupaya keras senjata nuklir sukses, dan serta membuat program rudal balistik. Dan presiden mengatakan, itu sudah berakhir.”