Connect with us

Kabar

Strategi Dakwah Sunan Kalijaga: Antara Budaya, Seni, dan Tradisi

Published

on

Ilustrasi/Gambar: create by AI, heri

JAYAKARTA NEWS – Sunan Kalijaga adalah salah satu dari sembilan wali yang dikenal sebagai Wali Songo, yang berjasa dalam penyebaran dan perkembangan agama Islam di tanah Jawa. Sunan Kalijaga lahir dengan nama Raden Mas Said, dan berasal dari Tuban, Jawa Timur. Ia diperkirakan hidup pada abad ke-15 hingga ke-16 Masehi.

Sunan Kalijaga memiliki strategi dakwah yang unik, kreatif, dan akomodatif, yaitu dengan memadukan unsur-unsur budaya, seni, dan tradisi lokal dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, ia berhasil mengislamkan masyarakat Jawa yang sebelumnya masih menganut agama Hindu, Buddha, atau kepercayaan animisme, tanpa menimbulkan konflik atau penolakan.

Beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Sunan Kalijaga adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan wayang kulit sebagai media dakwah. Wayang kulit adalah kesenian tradisional Jawa yang sangat digemari oleh masyarakat. Sunan Kalijaga memanfaatkan kesempatan ini dengan menjadi seorang dalang yang handal, dan menyelipkan ajaran-ajaran Islam dalam cerita wayangnya. Ia juga mengubah tokoh-tokoh wayang yang berasal dari epos Hindu, seperti Ramayana dan Mahabharata, menjadi tokoh-tokoh Islam, seperti Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan para wali. Selain itu, ia juga tidak meminta bayaran dari penonton wayangnya, melainkan hanya meminta mereka untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

2. Mengakulturasikan tradisi slametan. Slametan adalah tradisi makan bersama yang dilakukan oleh masyarakat Jawa sebagai bentuk rasa syukur, doa, atau permohonan kepada Tuhan. Sunan Kalijaga mengadaptasi tradisi ini dengan memberikan nuansa Islam, seperti membaca basmalah, surat al-Fatihah, dan doa-doa lainnya sebelum dan sesudah makan. Ia juga mengajarkan bahwa slametan bukanlah sebagai bentuk pemujaan kepada roh-roh halus, melainkan sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

3. Menggunakan tembang-tembang Jawa. Tembang Jawa adalah lagu-lagu berbahasa Jawa yang memiliki irama, laras, dan gending tertentu. Sunan Kalijaga menciptakan beberapa tembang Jawa yang mengandung pesan-pesan Islam, seperti Lir-ilir, Gundul-gundul Pacul, dan Dandang Gula. Tembang-tembang ini biasanya dinyanyikan saat acara-acara tertentu, seperti khitanan, pernikahan, atau pengajian. Dengan demikian, masyarakat Jawa dapat menghafal dan memahami ajaran Islam dengan mudah dan menyenangkan.

4. Menggunakan pakaian batik. Batik adalah kain bergambar yang dibuat dengan cara melukis atau mencanting menggunakan malam panas. Sunan Kalijaga mempopulerkan pakaian batik sebagai salah satu ciri khas masyarakat Islam Jawa. Ia juga membuat motif-motif batik yang memiliki makna simbolis, seperti motif parang, truntum, kawung, dan sekar jagad. Motif-motif ini menggambarkan konsep-konsep Islam, seperti jihad, kesucian, kesatuan, dan keindahan.

5. Menggunakan pendekatan humanis. Sunan Kalijaga dikenal sebagai sosok yang ramah, santun, dan rendah hati. Ia tidak membeda-bedakan orang berdasarkan latar belakang, status, atau agama. Ia juga tidak memaksa orang untuk masuk Islam, melainkan dengan cara persuasif, bijaksana, dan penuh kasih sayang. Ia selalu menghormati kepercayaan dan adat istiadat masyarakat, asalkan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Ia juga tidak segan untuk membantu orang yang membutuhkan, baik secara materi maupun moril. (Heri)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *