Connect with us

Ekonomi & Bisnis

Sibuk Dagang Lupa Kawin

Published

on

BISNIS batik, lupa kawin. Itu kalimat singkat untuk menggambarkan sosok Agung (44). Setelah lulus STM, ia tidak berminat melanjutkan sekolah. Tidak juga ingin bekerja sesuai keahliannya. Tekadnya satu: Berdagang untuk membantu keluarga.

Berjualan batik, itu keputusannya. Maka, Agung pun keliling kota-kota penghasil batik di Jawa. Tujuan pertama ke Cirebon, mengenali dan mendalami batik trusmi. Kemudian geser ke Pekalongan, untuk lebih dekat mengenal batik pesisiran. Setelah itu ke Yogya dan Solo, pusat batik klasik Jawa. Selanjutnya ke Banyuwangi di Jawa Timur.

Syahdan, dengan modal seadanya, Agung berhasil membawa pulang aneka motif batik. Selain didapat dengan harga miring, ia pun bisa menjajakan aneka batik kepada calon konsumen. “Soalnya kan selera orang berbeda-beda. Ada yang senang batik Solo, ada juga yang senang batik pesisiran,” ujarnya.

Awal ia berjualan, dimulai dari lingkar terdeka. Keluarga besar, kemudian ke teman-teman, baru ke segmen lain di luar keduanya. Tidak jarang, ia menyambangi ibu-ibu majelis taklim yang sedang pengajian. Atau menggelar dagangan di acara-acara arisan keluarga.

Pendek kalimat, usahanya lancar-jaya. Dari jualan door to door, akhirnya ia bisa menyewa kios di sebuah pusat perbelanjaan. Ketekunan dan keuletan serta usaha keras pun berbuah manis. Kini, Agung tidak lagi dikenal sebagai penjual batik eceran, ia bahkan sudah melayani pembelian secara grosir. Bukan hanya itu, outletnya pun sudah bertambah di sejumlah mal.

Saking sibuk berdagang, satu hal ia lupa: Kawin. Tapi ia mengaku cukup bahagia akhirnya bisa membantu orang tua dan membiayai adik-adiknya sekolah. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *