Connect with us

Feature

Ramlan Meliala, Penikmat yang Menjadi Pebisnis Kopi Karo

Published

on

Ramlan bangga memamerkan kopinya bersama Menteri Enggartiasto Lukito

Ngopii yuuu ngopiii… ajakan ini tidak asing lagi di telinga. Menikmati kopi bersama teman sambil ngobrol sudah menjadi ‘tradisi’ jaman now. Baik orang tua, anak muda, laki atau perempuan.  Bukan hanya di kota,  tapi juga di kampung nun jauh di sana.

Begitu juga bagi Ramlan Meliala. Awalnya cuma penikmat kopi. Sulit menemukan kopi enak. Biji kopi dari kebun sendiri pun diolah. Ternyata rasanya luar biasa sehingga niat menjadikannya bisnis pun mengemuka.

Bagi Ramlan Meliala, memulai bisnis kopi Karo diawali dengan rasa penasaran. Ada tanya di hatinya, kenapa biji kopi dijual ke tengkulak, bukan diolah sendiri. Padahal jumlah petani kopi di Kabupaten Karo cukup banyak dan kualitas kopinya juga tak kalah dengan kopi daerah lain.

Sejumlah petani  sempat ditanya kenapa tidak mengolah kopi tapi jawabannya membuat Ramlan tak habis pikir. Hampir semua petani berujar, kopi Karo bukan untuk dikonsumsi tapi digunakan untuk cat, kosmetik serta mesiu.

Ayah tiga putri yang sehari-hari berprofesi guru ini tak mau berpikir  negatif.  Tak terlalu terpengaruh dengan isu tersebut, Ramlan lantas berinisatif  meng-sangrai kopi hasil tanamannya sendiri. Menggunakan alat sederhana, digongseng dengan belanga atau kuali. “Saya proses sedikit, untuk dinikmati sendiri. Ada juga rasa was-was, karena infonya kopi tersebut untuk bahan baku cat, kosmetik serta mesiu,” urainya kepada Jayakarta News, ketika Ramlan memamerkan kopinya ini di ICE, BSD, Tangerang Selatan baru-baru ini.

Upaya awal ini, tanpa disadari Ramlan merupakan langkah pertama baginya untuk seterusnya menekuni bisnis kopi. Masalahnya, kopi yang di-sangrai sendiri itu ternyata memiliki aroma dan cita rasa khas. Dan pada 2014, karena penasaran,  sebanyak 20 kg biji kopi dikirim ke Takengon untuk di-roasting untuk mendapatkan hasil maksimal. “Dan terbukti, proses roasting dengan alat modern itu menghasilkan  kopi dengan kualitas luar biasa,” jelasnya dengan semangat.

Sejak saat itu secara rutin Ramlan mengirim biji kopi (greenbean) ke Takengon untuk di-roasting. Bubuk kopi itu pun, awalnya,  hanya dijual kepada saudara dan teman-teman dekat. Ternyata respon pembeli kopi ini bagus membuat Ramlan berpikir untuk mengembangkan bisnis kopi tersebut.

Ramlan Meliala dalam pameran kopi olahannya, Kopi Karo Pak RM di ICB, BSD, Tangerang Selatan

Jika awalnya kopi dipasarkan dengan kantong plastik biasa, kemasan pun diganti dengan bungkus yang lebih bagus plus lapisan aluminium foil di bagian dalam. Sampai saat ini Ramlan masih mengandalkan kopi yang ditanam sendiri, jenis Arabika varietas Sigararutang,  di Desa Bunuraya, Kabupaten Karo.

Jika kopi dari berbagai daerah tampil dengan nama keren, Ramlan malah membuat merk ‘aneh’.  Namanya “Kopi Karo Pak RM” Berastagi. Menurut Ramlah, RM itu singkatan dari Ramlan Meliala, namanya sendiri. Dan nama Berastagi diambil karena kota ini yang dikenal dunia luar.  Dengan merk kopi Pak RM ini, Ramlan merasakan konsumennya terus bertambah.

Buah kerja keras dan semangat membuat  Kopi Pak RM yang juga memiliki aneka rasa, sudah mulai dilirik dan dipilih sebagai oleh-oleh dari Tanah Karo. Bukan hanya masyarakat Karo,  tapi juga turis manca negara seperti Qatar, Amerika, Prancis  sudah tertarik menjadikan Kopi Pak RM sebagai buah tangan.

“Jika ingin menikmati kopi aneka rasa, silahkan mampir ke Jl Mariam Ginting, Gang Murai,” ujar Ramlan mengenai Kedai Kopinya itu.  “Kami sudah punya barista berpengalaman dan tamu bisa langsung menyaksikan proses produksi dari penjemuran sampai roasting, dan tentunya menikmati Kopi Karo Pak RM,” tutur Ramlan tersenyum sambil menyeruput  sisa kopinya. Hmmm… terlihat dia begitu menikmatinya.***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *