Connect with us

Kabar

Potret Buram “Di Balik Dinding Kota”

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Tak kurang 15 lukisan terpajang di markas Sanggar Humaniora, Perumahan Kranggan Permai, Jakasampurna, Kota Bekasi. Adalah Putra Gara, pelukis serba bisa yang tengah menggelar pameran tunggal bertajuk “Urban Humanity” Refleksi Kehidupan Pemulung.

Pameran dibuka Kamis 22 Februari 2024, dan berlangsung hingga 29 Februari 2024. “Kebetulan Putra Gara adalah salah satu seniman yang lahir dan tumbuh di Sanggar Humaniora. Selain melukis, ia juga seorang penulis dan jurnalis,” ujar Eddie Karsito, Ketua Panitia sekaligus Ketua Yayasan Humaniora Rumah Kemanusiaan & Forum Kreatif Perfilman Budaya Nusantara.

Eddie Karsito (kiri), Ketua Yayasan Humaniora yang peduli terhadap para pemulung. (foto: roso daras)

Gap Ekonomi

Salah satu lukisan yang menyedot banyak perhatian pengunjung berjudul “Di Balik Dinding Kota”. Lukisan akrilik di atas kanvas itu melukiskan realita gap ekonomi yang nyata di depan mata. Lukisan menggambarkan beberapa pemulung dengan latar belakang dinding beton sebagai pembatas, dan gedung-gedung pencakar langit di sisi sebelah sana.

“Lukisan ini menyadarkan kita, bahwa di balik gemerlapnya kehidupan kota, ternyata ada kehidupan lain yang seperti ini (pemulung),” ujar Putra Gara.

Lukisan lain berjudul “Istirahat”. Ia menghadirkan nuansa yang mirip dengan objek “Di Balik Dinding Kota”. Seorang pemulung sedang istirahat dari pekerjaan rutinnya, berlatar belakang gedung-gedung tinggi, sebagai gambaran lansekap kota.

Karya lain yang ditunjukkan Putra Gara menarik dengan judul panjang, “Teruslah Bersyukur Sampai Kita Lupa untuk Mengeluh”. “Sosok yang ada dalam lukisan itu adalah mas Eddie Karsito, senior sekaligus mentor saya yang banyak memberi inspirasi kehidupan. Di belakang sosok mas Eddie, para pemulung yang sudah 30 tahun dirangkulnya tanpa lelah,” papar Gara.

Para pemulung binaan Yayasan Humaniora, Kranggan, Jatisampurna, Kota Bekasi. (foto: roso daras)

Warna Spiritual

Masih tentang karyanya, Gara menunjuk lukisan pemulung kecil sedang berjalan tampak punggung. Di sekeliling sosok pemulung kecil tadi, terpancar warna cerah menyala kuning dan merah. “Itu adalah warna spiritual, yang maknanya bahwa kita tidak pernah tahu masa depannya akan menjadi apa,” tambahnya.

Objek-objek lukisan Putra Gara, sebagian besar terinspirasi dari aktivitas rutin sekitar 229 orang pemulung. Merekalah yang selama ini dirangkul Yayasan Humaniora dengan berbagai bantuan. “Tiap hari Jumat di sini pasti ramai pemulung yang datang menikmati mie instan dan kopi gratis,” tutur Eddie, budayawan yang juga jurnalis.

Putra Gara menimpali, Eddie Karsito acap mengiriminya foto jepretan kamera HP. Objek fotonya adalah aktivitas pemulung yang dibinanya. “Tak jarang, foto-foto kiriman mas Eddie menjadi inspirasi objek lukisan saya,” tambahnya.

Aktivitas melukis dilakukan hampir setiap hari di jam yang hampir pasti, yaitu setelah sholat subuh. “Malam sebelum tidur biasanya menjadi waktu terbaik untuk mengendapkan ide. Esok subuh, baru dituang ke kanvas. Siang kerja seperti biasa,” kata Putra Gara, yang juga Ketua Dewan Kesenian Bogor, itu. (*)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *