Kesehatan
Penggunaan Pereda Nyeri yang Tepat
JAYAKARTA NEWS – Ada banyak pilihan pengobatan untuk menghilangkan rasa nyeri pada tubuh. Salah satunya adalah obat pereda nyeri atau painkiller yang juga dikenal dengan sebutan analgesik. Penggunaan pereda nyeri sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan petunjuk dokter.
Dikutip dari Laman Kemenkes, Rabu (24/1/2024), jenis pereda nyeri terbaik bergantung banyak faktor, termasuk jenis nyeri yang ditangani dan apakah pasien memiliki masalah medis lainnya. Penggunaan yang berlebihan atau terus-menerus dapat menimbulkan efek samping dan risiko kesehatan yang serius, sesuai studi yang dilakukan oleh Carter dkk. dalam jurnal Physical Medicine and Rehabilitation Clinics of North America pada 2015.
Menurut hasil penelitian R. Andrew Moore dkk. yang dipublikasikan di jurnal The Cochrane Database of Systematic Reviews pada 2015, beberapa pereda nyeri dapat digunakan tanpa resep untuk berbagai jenis nyeri yang berbeda, yang umumnya untuk nyeri akut dengan durasi singkat. Mereka menemukan sejumlah penelitian telah melihat kemanjuran analgesik dari intervensi obat individual pada nyeri akut pascaoperasi.
Moore dkk. juga menyimpulkan bahwa beberapa jenis nyeri memerlukan resep dokter dan bahkan mungkin bersifat terbatas. Menurut mereka, penting untuk mengevaluasi penyebab nyeri yang dialami, terutama jika nyerinya parah walau hanya sebentar, berlangsung lama walau tidak parah, atau terus berulang. Hal ini bertujuan untuk menentukan penanganan terbaik dan jenis pereda nyeri yang sesuai untuk terapi.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan agar orang berkonsultasi dengan dokter untuk pengobatan dan memilih opsi pereda nyeri dengan risiko terendah. Memahami penyebab dan jenis nyeri yang dialami akan membantu Anda memilih pilihan terbaik untuk mengobatinya. Terkadang, kata CDC, terapi non-obat, seperti pijat, terapi fisik, atau akupuntur, dapat membantu jika dikombinasikan dengan terapi obat. Selain itu, jika nyeri disebabkan oleh suatu penyakit atau kelainan, mengobati kondisi mendasarnya dapat meredakan nyeri.
Beberapa Jenis Obat Pereda Nyeri
Sebenarnya ada banyak pilihan obat pereda nyeri yang umum digunakan oleh masyarakat atas rekomendasi dokter. Berikut ini yang disarikan oleh CDC.
Parasetamol
Pereda nyeri jenis ini paling mudah didapatkan tanpa resep dokter. Parasetamol tidak memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat digunakan untuk nyeri kepala/migrain, cedera ringan, nyeri punggung bawah kronis, bahkan arthritis. Apabila digunakan berlebihan, ia dapat menyebabkan kerusakan hati. Oleh sebab itu, Anda tidak boleh mengonsumsinya lebih dari 4 gram dalam 24 jam.
Obat Anti-inflamasi Nonsteroid (NSAID)
Beberapa jenis pereda nyeri NSAID antara lain adalah aspirin, ibuprofen, naproxen, meloxicam, diklofenak, flurbiprofen, dan ketorolac. Obat-obatan ini ada yang dijual bebas dan ada yang harus ditebus menggunakan resep dokter. Sebagian besar obat ini memiliki sifat anti-inflamasi. Obat anti-inflamasi hanya boleh digunakan 48 jam setelah cedera terjadi. Jika digunakan sebelum waktu tersebut, obat ini dapat mempengaruhi proses penyembuhan dalam beberapa kondisi. Nyeri yang dapat diobati dengan NSAID antara lain adalah sakit kepala/migrain, nyeri yang disertai peradangan, kram menstruasi, nyeri pinggang kronis, radang sendi, dan cedera, trauma, atau operasi ringan hingga berat.
Ibuprofen dan diklofenak dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti tukak lambung dan pendarahan. Risiko ini dapat dikurangi secara signifikan dengan mengonsumsi obat untuk melindungi lapisan lambung. Pereda nyeri tertentu juga meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, terutama bila dikonsumsi dalam waktu yang lebih lama dan dengan dosis yang lebih tinggi.
Opioid dan Opiat
Obat-obatan jenis ini di antaranya adalah kodein, tramadol, hidrokodon, oksikodon, morfin, hidromorfon, dan fentanil yang membutuhkan resep dokter. Jenis nyeri yang ditangani oleh obat-obatan ini adalah cedera atau trauma parah, operasi besar, dan nyeri kanker. Ada kekhawatiran bahwa obat-obatan ini mampu menyebabkan kecanduan sehingga Anda harus menggunakan dosis efektif terendah untuk durasi sesingkat mungkin.
Obat Antikejang, Antidepresan, dan Anestesi Lokal
Contohnya adalah gabapentin, pregabalin, karbamazepin, oxcarbazepine, amitriptyline, duloxetine, dan lidokain. Nyeri yang bisa diobati dengan obat-obatan tersebut adalah nyeri akibat kerusakan/gangguan saraf, neuropati, nyeri tungkai semu, fibromyalgia, nyeri pinggang kronis, dan nyeri kanker. Meski begitu, nyeri neuropatik cukup sulit diobati. Bisa saja membutuhkan beberapa minggu pengobatan antikejang atau antidepresan untuk melihat hasilnya.
Penggunaan Pereda Nyeri
Pereda nyeri dapat membantu Anda tetap beraktivitas normal. Namun, ada beberapa ketentuan dari CDC yang harus diketahui sebelum Anda mengonsumsinya.
- Jika Anda merasa nyeri yang intens atau kronis, konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan pereda nyeri secara teratur. Dokter akan memberikan panduan yang lebih spesifik sesuai dengan kondisi kesehatan Anda. Pereda nyeri tidak mengatasi akar penyebab nyeri dan obat itu dapat menyebabkan efek samping jangka panjang.
- Selalu mengikuti dosis dan petunjuk penggunaan yang diberikan oleh dokter atau yang tertera pada kemasan. Jangan menggunakan dosis lebih tinggi dari yang direkomendasikan.
- Gunakan pereda nyeri hanya saat benar-benar diperlukan, misalnya ketika rasa sakit tidak dapat diatasi dengan metode lain. Sebaiknya hindari penggunaannya secara rutin sebagai pencegahan. Gunakan hanya saat Anda benar-benar mengalami rasa sakit.
- Perhatikan efek samping. Jika Anda mengalami efek samping seperti mual, pusing, atau perubahan lain dalam kondisi kesehatan setelah mengonsumsinya, segera konsultasikan dengan dokter.
Penting untuk diingat bahwa setiap orang memiliki toleransi dan respons yang berbeda terhadap obat. Jika Anda memiliki kekhawatiran atau pertanyaan tentang penggunaan pereda nyeri yang tepat, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik sesuai dengan kondisi Anda.***/mel