Connect with us

Feature

Hasil Kongko Perantau

Published

on

ADA Jawa… Ada Batak… Ada Sunda… dan lain-lainnya. Ini bukan soal sukunya, tapi tentang manusia dari berbagai suku yang acap kongko-kongko tidak jelas. Pada malam-malam yang dingin, mereka ngobrol ngalor-ngidul sambil bermain gaple. Sesekali meledak tawa di antara mereka. Sungguh, sebuah usaha melepas penat-kerja, yang murah-meriah.

Singkat kata, satu di antara mereka kemudian memunculkan ide yang jelas, yakni membentuk paguyuban. Lahirlah, Paguyuban Sambungroso Jatibening. Itu terjadi tahun 1998. Kegiatannya, arisan secara rutin. Dari waktu ke waktu, paguyuban itu semakin solid. Itu berkat manfaat yang mereka rasakan sebagai anggota.

Nah, Minggu pagi yang lalu, bertempat di Jalan Salak, Jatibening Satu, Pondok Gede, Kota Bekasi, berlangsung acara pertemuan arisan paguyuban. Suasanya lebih meriah, karena sang tuan rumah, Suryadi, menyatukan dengan Paguyuban Bumi Reog Ponorogo. Kebetulan, Suryadi memang anggota di kedua paguyuban tersebut. “Biar lebih ramai, dan semoga memperluas hubungan silaturahmi,” ujar Suryadi, yang sehari-hari berprofesi sebagai penyanyi dan MC.

Sementara itu, Mulyono, Wakil Ketua Paguyuban Sambungroso ketika didaulat berbicara, menyampaikan rasa syukurnya, ihwal paguyuban yang terjalin selama ini. Ia kembali menegaskan, bahwa paguyuban tidak membedakan asal-usul, ras, suku, dan agama. Anggota paguyuban ada yang dari Jawa, Sunda, Betawi, Sumatera, dan lain-lain. Profesinya pun beragam, ada yang guru, PNS, tukang ojek, wiraswastawan, pegawai swasta, dan lain-lain. Semboyan mereka klasik: Asih-asah-asuh.

Dalam setiap pertemuan selalu diawali dengan hal-hal keagamaan seperti pembacaan surat yasin bersama, ceramah agama, kemudian dilanjutkan acara lain seputar arisan dan kegiatan paguyuban. Sesekali diselingi hiburan musik, yang pemain dan penyanyinya juga dari para anggota paguyuban sendiri.

Para pendiri dan sesepuh paguyuban berharap, dengan bersatu di paguyuban, bisa memberikan pembelajaran kepada anak-anak. Belajar bersosialisasi, belajar berkomunikasi di depan umum, dan tentu saja belajar berorganisasi.

Kini anggota paguyuban ini berjumlah 50 orang. Kegiatan yang rutin, terdiri dari arisan ibu-ibu dan arisan bapak bapak serta rencana arisan anak-anak. Jadi setiap pertemuan selalu dihadiiri tidak kurang dari 100 orang. Setiap anggota wajib membayar iuran pokok, iuran wajib dan iuran sosial. Uang itu digunakan untuk konsumsi saat berkumpul. Uang juga digunakan untuk kegiatan sosial maupun kegiatan lainnya. Jika ada anggota yang keluar, uang iuran pokok akan dikembalikan. ***

Anggota Paguyuban Sambungroso saat menghadiri acara pernikahan anggota.

Continue Reading
Advertisement
4 Comments

4 Comments

  1. Adil

    March 17, 2017 at 2:29 am

    Mantafff

  2. mulyono

    March 17, 2017 at 7:07 am

    Mantap semoga PAGUYUBAN SAMBUNG ROSO selalu Eksis dan terjalin Silaturahmi yang KOKOH….

  3. poniman

    March 17, 2017 at 8:52 am

    Perlu dilestarikan Budaya Kongko2 ,karena dari pertemuan biasanya ada inspirasi yang baik terutama dalammendorong gotong royong dengan membentuk Paguyuban, untuk penulis perlu dikembangkan juga hasil dari paguyubannya dan di ekspos kerja nyatanya agar lebih dikenal masyarakat

  4. cak marno

    March 18, 2017 at 11:27 am

    Semoga semakin besar untuk 2 organisasi tersebut….semoga bermanfaat untuk masyarakat. Untuk jayajarta news semoga berkibar lg benderanya … Sukses untuk jayakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *