Connect with us

Sosial Budaya

Hadiri Festival Reog, Sandiaga Kenakan Pakaian Khas Warok Ponorogo

Published

on

PONOROGO, JAYAKARTA NEWS – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengenakan pakaian khas warok Ponorogo saat menghadiri Festival Nasional Reog Ponorogo 2023 di Aloon-Aloon Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (15/7/2023) malam.

Dalam kesempatan itu, Menparekraf Sandiaga yang didampingi oleh Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengenakan busana penadon yang merupakan pakaian adat khas warok Ponorogo khusus untuk hadir di acara festival yang masuk dalam 10 terbaik Kharisma Event Nusantara (KEN) dan merupakan rangkaian dari kegiatan Grebeg Suro yang berlangsung dengan sangat meriah, 

Pesta rakyat yang digelar rutin setiap tahun ini selalu disambut meriah dan mendapat respons antusias masyarakat karena beragam kegiatan yang dihadirkan, hingga busana adat yang dikenakan oleh sejumlah tamu dan peserta yang hadir pada saat festival termasuk kali ini busana menarik Menparekraf/Kabaparekraf Sandiaga Salahuddin Uno.

Didominasi oleh warna serba hitam, dibalut dengan aksen merah serta dilengkapi dengan udeng, dan seleret berwarna putih, Menparekraf Sandiaga tampak gagah ketika berjalan menuju panggung utama pagelaran Festival Nasional Reog Ponorogo 2023.

“Ini saya nyaman sekali. Walaupun keliatannya ribet tapi ternyata enggak juga. Enak juga dipakai. Dan suatu keunikan tersendiri yang bisa menjadi daya tarik wisata,” kata Menparekraf Sandiaga.

Pakaian adat penadon ini memiliki makna mendalam bagi warga Ponorogo. Di tiap bagiannya memiliki filosofi tersendiri. Mulai dari udeng, baju hitam, hingga canela atau sandal.

Udeng misalnya, namanya sendiri diambil dari kata “mudeng”, dalam bahasa Jawa yang berarti mengerti atau paham. Sehingga udeng dapat dimaknai sebagai manusia yang paham akan tujuan hidup yang ingin dicapainya. 

Sementara baju serba hitam ibarat padi. Padi semakin merunduk, semakin berisi. Maka seseorang yang memiliki kecakapan dalam ilmu akan selalu bersikap rendah diri.

Dan sandal atau canela berarti “canthelna jroning nala” yakni peganglah kuat dalam hatimu. Dengan kata lain, utamakanlah beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar kehidupan yang dijalani senantiasa mendapat keberkahan.

Menparekraf Sandiaga dalam sambutannya melihat bahwa Festival Nasional Reog Ponorogo sudah memiliki nilai dan daya saing yang kuat sebagai event bertaraf internasional. 

Festival Nasional Reog Ponorogo sendiri memang telah diajukan sebagai intangible cultural heritage (ICH) atau warisan busaya tak benda dari UNESCO. Selain ICH, Kabupaten Ponorogo juga sedang diupayakan sebagai perwakilan Indonesia dalam jaringan kota kreatif UNESCO (UCCN) kategori craft and folk arts.

“Kalau ini menjadi jejaring dunia otomatis event ini menjadi kalender khusus bukan tingkat Indonesia saja tapi tingkat dunia dan produk yang saya pakai dari mulai baju sampai ke sabuk ini akan menjadi kekuatan dari folk and arts,” ujar Sandiaga.

Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengatakan dua pekan yang lalu, Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek hadir di Ponorogo menyampaikan bahwa Festival Nasional Reog Ponorogo sudah terdaftar sebagai prioritas untuk disidangkan di UNESCO pada 2024.

“Mudah-mudahan semuanya berjalan dengan lancar,” ujar Sugiri.

Turut mendampingi Menparekraf Sandiaga, Direktur Event Daerah Kemenparekraf/Baparekraf, Reza Pahlevi; Direktur Infrastuktur Ekonomi Kreatif Kemenparekraf/Baparekraf, Hariyanto; dan Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenparekraf/Baparekraf, Dwi Marhen Yono.***/mel

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *