Connect with us

Feature

Erin Si Anak Multi Bakat

Published

on

Jayakarta News – Erin Zurich Trevina lahir di Bandung 9 Juni 2006, dari pasangan Dra. Ernawaty Situmorang, MM dengan Ir. Isyen Bela Munahar. Ia bersekolah di SMP Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia (SMP Lab. School UPI), kelas 8 di Jalan Senjayaguru Kampus UPI Bandung.

Beberapa hari lalu Erin mengikuti kegiatan Kompetisi Piano Pelajar 2020 yang diselenggarakan oleh Opus Nusantara di Hotel Aston Bandung. Saat itu ada beberapa katagori, yaitu A kelas 2 SD – ke bawah, B kelas 3 – 4, C kelas 5 – 6, D kelas 7 – 8, E kelas 9 – 10, F kelas 11 – 12.

Ada sekitar 40 peserta pelajar dari berbagai sekolah yang mengikuti kompetisi tersebut. Termasuk Erin dengan katagori D. Saat itu Erin tampil menggunakan kostum serba hitam, dengan gaun, kaos kaki dan sepatu berwarna hitam.

Erin Zurich Trevina saat mengiri lagu lagu berjudul Allegretto Grazioso from Kleine Blumen (little flower) di acara Kompetisi Piano Pelajar 2020 yang diselenggarakan oleh Opus Nusantara. (ist)

Tiba giliran Erin dipanggil, ia berjalan menuju panggung, dengan dekorasi yang dihiasi aneka bunga berwarna, ada yang merah dan putih. Setelah menaiki panggung, hendak mendekati piano, Erin menundukkan kepala kepada para juri, audiens dan penonton, itu merupakan suatu bentuk tanda penghormatan. Lalu ia duduk, kemudian memainkan piano, nada demi nada mengiringi lagu berjudul Allegretto Grazioso from Kleine Blumen (little flower).

Hal itu dikatakan Ernawaty melalui pesan WhatsApp. Kemudian Erna panggilan akrab Ernawaty melanjutkan, “Walaupun Erin saat itu hanya mendapatkan juara harapan 2 sebagai orang tua saya sudah sangat senang dengan penampilannya yang perdana mengikuti kompetisi ia sudah berani, naik panggung dan tidak gugup (nervous),” katanya.

Erin sejak di usia 5 tahun sudah mulai belajar alat musk piano, dengan memasukkan ia les. Jadi hingga saat ini sudah 9 tahun. Jadi di 2012 saat les ia pernah mendapatkan  nilai 95 sama dengan A.

Padahal saat itu Erin belum bisa menulis dan membaca, tapi ia sudah bisa mengikuti irama juga bisa membaca not-not lagu dengan benar. “Jadi sebenarnya melihat Erin saat itu saya tidak tahu, apakah yang dimiliki Erin ini merupakan bakat atau tidak. Tetapi karena Erin bisa mengikuti les dengan baik, mulai dari mengenal irama hingga membaca not-not lagu dengan baik, maka saya yakin bahwa anak saya berbakat,” ujar Erna lulusan master managemen perhotelan Swiss.

Erin sejak kecil memang sudah dibiasakan mengikuti les, seperti piano, melukis, balet, dan musik. Tujuannya agar disiplin dengan waktu, karena adanya kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal. Sehingga habis di les nanti di rumah akan mengulangi kembali apa yang dipelajari. Selain itu juga sekalian menyalurkan bakat yang dimiliki Erin.

“Seperti hal nya, les melukis, itu sejak umur 4 tahun dan pada tahun 2011 di tempat les Erin yang di sekitar Bandung pernah mengirim kan hasil lukisan Erin  untuk mengikuti kompetisi dan  hasilnya Erin menang dapat penghargaan. Terus ada acara festival mengambar, Erin mendapatkan karya terbaik itu di 2010. Lalu di tempat TK Erin, ia mendapat juara favorit itu di 2012,” ungkap Erna.

Memang Erin waktu kecil banyak mengikuti les jadi ia menganggap tempat les itu sudah menjadi tempat bermainnya. Jadi sebagai orang tua, saya tidak membuatnya kalau les itu dapat membuat menjadi merasa beban dan tegang. Tetapi saya mengajarkan untuk anjoy, ia banyak bertemu orang-orang yang bukan teman sekolahnya.

Dua karya lukisan Erin Zurich Trevina. (ist)

“Jadi menurut saya untuk mendidik  anak jangan terlalu dipaksain untuk melihat bakat dari si anak, sebab setiap anak di muka bumi ini cerdas dengan keunikan dan kemampuannya masing-masing. Dan bakat seorang anak, bisa didapat secara alamiah alias pemberian dari Tuhan. Selain itu juga ada faktor nurture atau lingkungan yang mempengaruhi bakat di anak,” jelas Erna.

Maka saya untuk Erin tidak ada yang dipaksakan. Biarkan ia nanti yang menentukan mana yang lebih baik dan nyaman bagi dirinya, sebagai orang tua kita tinggal mengarahkan saja. Jadi jangan di-push dalam mendidik anak, harus ada tarik ulur. Sehingga mana yang penting dan tidak nanti ia akan displin, seperti situasi untuk latihan les dan main bisa ia bedakan.

Untuk kendala mengarahkan Erin dengan banyak kegiatan les hampir tidak ada, karena saya sebagai orang tua juga menikmati bahwa untuk mengantar merupakan suatu rutinitas yang sudah dilakukan sejak kecil. Dan kegiatan yang ia lakukan juga tidak mempengaruhi dengan nilai sekolahnya. Sehingga waktu Erin SD, kepala sekolahnya nanya, “Bagaimana ngajar Erin, kok bisa mandiri padahal Erin anak semata wayang,”

Tetapi karena semua saya menjalani dengan menikmati tanpa ada rasa mengeluh, akhirnya si anak juga dapat anjoy. “Dan Erin sejak kecil sudah saya ajarin agar terbiasa bahasa Inggris, sehingga bahasa sehari-hari nya di rumah berbahasa Inggris dengan baik. Oleh karena itu Erin juga diperbanyak mengikuti kegiatan les agar mengerti bahasa Indonesia,” tutup Erna. (Monang Sitohang)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *