Connect with us

Traveling

Cheng Ho, Sang Laksamana Penjelajah

Published

on

Kelenteng Tay Kak Sie dan patung gagah Laksamana Cheng Ho. Foto: Resti Handini

JIKA Anda berwisata ke Semarang, Anda layak mampir ke jalan Gang Lombok. Bukan utk membeli lumpia, tetapi Anda akan menjumpai kawanan Pecinan terbesar di Semarang. Bangunan utamanya adalah kelenteng tua, kelenteng Tay Kak Sie. Selain itu di bagian samping bangunan kelenteng terdapat replika kapal kayu besar.

Di depan kelentang terdapat patung berukuran besar terbuat dari batu yang cukup mencolok.Tentu timbul pertanyaan kenapa patung ini, dan apa hubungannya dengan kelenteng dan replika kapal kayu? Tentu ada sejarah di balik peletakan patung ini.

Patung perkasa itu adalah Laksamana Cheng Ho yang merupakan salah satu penjelajah dari China. Kehebatannya diakui dunia, sebagai penjelajah dengan armada kapal terbanyak dan memiliki kapal kayu terbesar, sepanjang sejarah dunia yang pernah tercacat.

Dia juga dikenal sebagai pemimpin yang arif dan bijaksana. Meski armadanya banyak, tidak pernah menjajah negara dimana armadanya merapat. Berbeda dengan penjelajah lain yang selalu ingin menjarah dan membuat kekacauan di tempat mereka mendarat. Dan yang tidak lazim, Cheng Ho merupakan muslim meski merupakan utusan Kaisar Cina pada Dinasti Ming.

Ceng Ho adalah muslim yang dilahirkan di Desa He Dai, Kabupaten Kunyang, Provinsi Yunan pada tahun 1371 M. Keluarganya bermarga Ma dari suku Hui yang mayoritas beragama Islam.

Di abad ke-15, Cheng Ho menjelajahi banyak wilayah Asia, termasuk ke Indonesia. Dia pun selalu melakukan hubungan diplomatik dengan negeri yang disinggahinya. Ketika tahun 1415 Cheg Ho berlabuh di Muara Jati (Cirebon) memberikan cenderamata kepada Sultan Cirebon. Salah satunya sebuah piring bertuliskan ayat Kursi. Hingga kini masih tersimpan di Kesepuhan Cirebon.

Beberapa catatan sejarah, laksamana mengunjungi kepulauan Indonesia sebanyak tujuh kali. Ketika ke Samudera Pasai, ia memberi lonceng raksasa “Cakra Donya” kepada Sultan Aceh, yang kini tersimpan di museum Banda Aceh. CH juga sempat berkunjung ke Kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan raja Wikramawardana.

Dalam salah satu perjalanannya melalui Laut Jawa, orang kedua dalam armada Cheng Ho, Wang Jinghong, sakit keras. Wang akhirnya turun di pantai Simongan, Semarang dan menetap di sana. Salah satu bukti peninggalannya antara lain Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu) serta patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong. Walau Cheng Ho beragama Islam, warga China non muslim tetap memujanya. Sosok Ceng Ho  sangat dihormati baik oleh orang Tionghoa maupun warga setempat.

Bahkan majalah Life menempatkan laksamana Cheng Ho sebagai orang terpenting ke 14 dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke-15. Terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan. (berbagai sumber)***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *