Feature
Membina Generasi Muda Lewat Seni Budaya
JAYAKARTA NEWS – Jagat digital seakan memiliki ruang tanpa batas dan memberi banyak peluang, juga sangat menantang kreativitas dan inovasi-inovasi. Namun di era disrupsi yang menuntut kesigapan bertindak, kepekaan menyiasati situasi perkembangan, bisa jadi bomerang atau setidaknya tersisih dalam kompetisi-kompetisi kehidupan jika kita tak menginjeksi diri dengan banyak referensi dan pelbagai taktik agar seirama dengan gerak zaman.
Ranah dunia seni yang bertalian erat dengan ikhwal gagasan dan ide kreatif lainnya tentu tak sekadar menyelaraskan dengan perubahan namun yang terpenting terus menumbuhkan dan mengembangkannya. Utamanya terhadap generasi muda yang sesuai gen masanya tampak lebih unggul dalam mengekspos teknologi digital.
Bertolak dari realitas di atas Saung Aspirasi Sererea (Sarasa Pangandaran), Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat ingin terus membina generasi mudanya meneguhkan komitmennya dalam berkesenian. Lewat langkah demi langkah, seperti workshop, latihan pemanggungan dan lainnya digelar dengan serius kegiatan yang berjalin dengan digitalisasi yakni pembuatan film pendek.
Menurut Tito Pangesthi Adji seorang Art Director sebagai nara sumber, Kehadiran film pendek makin terasa urgensinya. Tidak hanya sekadar media promosi, sosialisasi kebijakan, sarana motivasi, namun dengan ruang yang makin luas seperti di media sosial (medsos), baik IG, tik tok dan lainnya , film pendek kini sebagai piranti yang cukup ampuh dalam mengkomunikasikan dan mentranformasi sebuah pesan. Apalagi dengan literasi dan narasi gaya bercerita yang apik, cerdas, humanis, efektif dan efisien karena durasinya pendek sehingga menarik dan mengena.
Karena itu Sarasa Pangandaran, kata Tito lagi, merasa cukup bangga atas terselenggaranya Workshop Pembuatan Film Pendek dan Konten untuk Pemula yang berlangsung dari tanggal 16-19 Juli 2024 di Desa Cibenda, Kecamatan Parigi, Pangandaran.
Acara ini bertujuan untuk menstimulasi ide dan gagasan generasi muda agar berperan besar dalam menggali potensi daerah Pangandaran, khususnya desa Cibenda.
Workshop ini menghadirkan tiga narasumber ternama, selain Tito Pangesthi Adji (Art Director), juga Bramanti F. Nasution, seorang praktisi pertunjukan dari Asdrafi Yogyakarta, dan Adi Wijaya, S.Sn, M.Sn, dosen Penciptaan Musik dari ISI Yogyakarta. Dengan bimbingan mereka, para peserta workshop mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam pembuatan film pendek dan konten kreatif.
Para Nara sumber tidak hanya menargetkan pembekalan pada teknologi informasi pada era digital ini, tapi lebih dari itu menargetkan bagaimana menggali potensi daerah dan mengelolanya. Film maupun pertunjukannya sebagai media ekspresi dan informasi, dan perjuangan yang lebih nyata adalah pemajuan kebudayaan daerah.
“Kami berharap kegiatan ini dapat menjadi media promosi tentang potensi daerah, khususnya Cibenda, yang dapat menjadi daya ungkit bagi perekonomian masyarakat tanpa melupakan nilai budaya dan kearifan lokal,” ujar Yeni Rahayu, ketua pelaksana workshop dan pegiat Sarasa Pangandaran bidang Seni dan Budaya.
Workshop ini juga didukung penuh oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Pangandaran yang diwakili oleh Ibu Hj. Tini Nurmasari, S.Sos, M.M, serta bekerja sama dengan pihak Desa yang diwakili oleh Kepala Desa Cibenda, Bapak Dede Rusliana.
Pada acara penutupan, seluruh karya peserta workshop ditampilkan sebagai bentuk apresiasi atas hasil kerja keras mereka selama mengikuti kegiatan ini. Masyarakat Pangandaran diundang untuk menyaksikan karya-karya para peserta dan turut menikmati gelar seni Ebeg, pertunjukan kuda lumping khas Pangandaran, sehingga menambah semarak suasana.
Dengan adanya kegiatan ini, generasi muda diharapkan dapat menjadi insan dokumenter yang kompeten dan kapabel, mampu menggali dan mempromosikan potensi daerahnya. Saung Aspirasi Sarerea (Sarasa Pangandaran) berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan kreativitas dan potensi generasi muda di bidang seni dan budaya. (isw)