Connect with us

Feature

Wahidin Halim Jawara Pinang

Published

on

PILKADA Provinsi Banten 2017, menyandingkan dua calon: Rano Karno (incumbent) dan Wahidin Halim. Sebuah stasiun televisi melalui surveinya, mengunggulkan nama Wahidin Halim di kisaran angka 43 persen, dibandingkan Rano Karno yang 38 persen. Sisa persentase untuk yang belum menentukan pilihan.

Dahulu itu…

Wahidin Halim adalah seorang jawara pencak silat, warisan engkongnya. Ketekunannya menggeluti dunia pencak silat, sempat menempakan Wahidin sebagai Ketua IPSI Kabupaten Tangerang. Selain pencak silat, Wahidin yang menjabat Walikota Tangerang dua periode 2003 – 2013 itu, juga seorang aktivis.

Selama kuliah di Universias Indonesia, ia getol di remaja masjid kampus. Putra Tangerang ini juga pernah menjabat kepala desa di kampungnya di Tangerang. Ia pun menjadi Pak Kades muda yang sarajana dan bujangan. Kepemimpinannya diasah semasa aktif di organisasi kepemudaan AMPI dan KNPI.

Kehidupan spiritual, diasah melalui pengajian rutin dua minggu sekali di kediamannya. Tak heran jika ia dipercaya mengetuai beberapa organisasi keagamaan. Bukan hanya itu, Wahidin juga pernah menjadi guru di SMP dan SMA PGRI, Tangerang.

Sebagai PNS, Wahidin juga berkarier cemerlang. Selain dua kali menjabat camat, masing-masing Camat Tigaraksa dan Camat Ciputat, Wahidin juga pernah menduduki jabatan Kepala Dinas Kebersihan, Sekda Kota Tangerang, hingga akhirnya menjabat Walikota. Tak heran, dengan bekal pengalaman teritorialnya, nama Wahidin tercatat sebagai walikota yang sukses.

Wahidin Halim lahir pada 14 Agustus 1954 di Pinang, Tangerang, Banten. Wahidin kecil memulai pendidikannya di SD Pinang, yang kala itu berdinding bambu dan berlantai tanah. Wajar jika semasa itu ia tidak mengenal sepatu, layaknya anak sekolah masa kini. Setamat SD, ia melanjutkan SMP di Ciledug. Baginya, berjalan kaki setiap hari ke Ciledug merupakan keharusan, lantaran ayahnya juga tidak mampu membelikan sepeda, bahkan sekadar sepatu sekalipun. Lagi-lagi ia harus menerima kenyataan itu. Maklum, ayahnya hanya seorang guru yang kala itu penghasilannya hanya sebatas untuk makan. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *