Connect with us

Feature

Salam Haru Camat “Susah” Kepada Semua Pimpinan TNI

Published

on

Catatan Perjalanan Egy Massadiah (Bag 4 – Selesai)

Nama aslinya Susah. Ya, “SUSAH” adalah nama lahir Camat Enggano, Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. “Saya lahir di zaman susah, zaman serba sulit, kehidupan orang tua saya sangat susah,” kenang Pak Susah, eh Susanto.

Karena satu dan lain hal, sejak SMP ia ubah nama itu menjadi Susanto. Mengapa bukan Susahto? Jawabnya, tetap saja susah. Setidaknya susah diucap lidah.

Kami anggota rombongan Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo terpingkal tawa mendengar kisah camat yang satu ini.

Sejak awal menyambut di bandara Enggano, Susanto menunjukkan antusiasme yang luar biasa. Telisik punya telisik, ternyata ada rasa haru sekaligus bangga didatangi mantan komandan jenderal Kopassus itu.

Begini ceritanya. Putra kebanggaannya, Try Febriansyah adalah prajurit baret merah. Lulus Bintara tahun 2016. Terhitung mulai tanggal 1 April 2022 pangkatnya sudah Sersan Satu (Sertu). Febriansyah berdinas di Grup 3/Kopassus (Sandhi Yudha) bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.

Saat mengisahkan tentang Febri, begitu camat Susanto memanggil putranya, ia sungguh sangat bersemangat. Susanto bercerita betapa heroiknya sang putra sejak bertekad mengabdi menjadi prajurit pagar bangsa.

“Waktu itu ia sudah diterima jadi bintara, lalu mengikuti seleksi masuk Kopassus. Ia mengucap nazar, jika diterima menjadi pasukan Komando, ia akan pulang ke rumah jalan kaki dari Bandara Fatmawati Soekarno ke rumahnya di Pagar Dewa, Kota Bengkulu, yang berjarak sekitar 6 km. Dan itu ia tepati,” kisah Susanto.

Susanto mengenakan baret merah putranya, Try Febriansyah usai prosesi pembaretan.

Patungan Jalan Rusak

Bengkulu, adalah tempat Susanto memulai segalanya. Ia lulus SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Bengkulu tahun 1988. “Saya diangkat CPNS tahun 1991 dan ditempatkan di SDN 05 Kahyapu, Enggano. Jadi saya sudah 31 tahun bermukim sekaligus mengabdi di Enggano. Dan tiga bulan lalu, Januari 2022 saya dilantik menjadi Camat Enggano,” ujar Susanto.

Saat berpidato di hadapan Doni Monardo dan para undangan, Camat Susanto bahkan tak kuasa menyembunyikan rasa haru dan terima kasihnya. Suaranya bergetar. Airmatanya menggenang. Terutama karena ia merasa putra-putra Enggano mendapat kemudahan menjadi prajurit TNI.

“Pak Doni, saya bersama semua masyarakat Enggano, tolong titip sampaikan ucapan terima kasih kami kepada Bapak Panglima TNI, Bapak Kasad, pokoknya kepada semua bapak-bapak pimpinan TNI yang telah memberi kesempatan anak-anak Enggano masuk TNI. Mereka telah menjadi abdi negara yang tidak akan pernah melupakan daerahnya,” kata Susanto penuh haru.

Susanto mengisahkan, baru-baru ini sekitar 25 prajurit TNI-AD asal Enggano dari berbagai kesatuan berpatungan. Mereka rata-rata dari golongan tamtama dan bintara. Jangan berbicara berapa jumlah gaji prajurit TNI dengan pangkat kopral hingga sersan. Toh, mereka berinisiatif patungan hingga terhimpun dana sebesar Rp 5 juta. Dana itu kemudian disumbangkan kepada Pemerintah Kecamatan Enggano untuk membantu perbaikan jalan rusak.

Sebuah banner sampai sekarang terpasang kokoh di kantor kecamatan. Banner ukuran sekitar 2,5 meter kali 1 meter itu bertuliskan: Salam Hormat “Yauwaika”, Kami Putra-putra Pulau Enggano Prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat dari Berbagai Satuan Terpanggil Menyumbang Kegiatan Memperbaiki Jalan Rusak Sebesar Rp 5.000.000. NKRI Harga Mati, Semoga Indonesia Tetap Jaya, Sejahtera Pulau Enggano. – Enggano, 02 April 2022”.

Di bawah tertera foto 25 prajurit TNI asal Pulau Enggano. Satu di antaranya adalah Try Febriansyah, putra ketiga kebanggaannya yang kini berbaret merah. Camat Susanto lagi lagi tak kuasa menahan tangis ketika menyampaikan inisiatif dan dedikasi putra-putra Enggano tadi.

Banner di depan kantor Camat Enggano, yang menunjukkan dedikasi 25 prajurit TNI asal Enggano, berpatungan menyumbang dana untuk membantu perbaikan jalan rusak. (ist)

Enggano Sejahtera

Susanto sadar, letak geografis Enggano menjadikan daerah itu relatif belum sejahtera, seperti kecamatan-kecamatan lain di Bengkulu atau daerah lain di luar Bengkulu. Kondisi infrastruktur jalan rusak. Sarana transportasi terbatas. Pasokan listrik juga tidak memadai. Ditambah, tidak meratanya jaringan signal seluler.

Alhasil, ia menyambut sangat antusias hadirnya Ketua Umum PPAD, Doni Monardo beserta rombongan yang membawa program kesejahteraan bagi rakyatnya.

Susanto menyampaikan, upaya “menjual” Enggano sudah tidak kurang-kurang. Kepala Dinas Pariwisata bahkan selalu mengikutkan potensi pariwisata dalam berbagai event pameran potensi daerah. Pemkab Bengkulu Utara juga tak kurang-kurang mengundang investor untuk membangun Enggano menjadi destinasi wisata unggulan.

Hingga hari ini belum ada investor sektor pariwisata yang berminat menanamkan modalnya di Enggano. Sebaliknya, pernah ada pengusaha kelapa sawit yang siap berinvestasi di Enggano, dan menyulap Enggano menjadi “pulau kelapa sawit”. Tapi gayung tak bersambut. Masyarakat Enggano tidak menghendaki hadirnya kebun sawit di pulaunya yang terkenal indah itu.

Gagasan dan program yang dibawa Doni Monardo, menurut Camat Susanto sangat ideal dan bagus serta bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Yang pertama tentang wisata berburu. Apa mau dikata, dua hutan buru memang ada di Enggano. Persoalannya tinggal manajemen yang baik, sehingga bisa menjadi taman buru yang populer, dan menarik minat para pemberburu domestik maupun asing.

Yang kedua, budidaya kepiting. Camat Susanto menegaskan, bahwa hutan bakau di wilayahnya masih sangat terjaga, dan akan tetap terjaga, karena hukum adat memang melarang masyarakat menebang bakau. Sedangkan, bakau sangat baik untuk budidaya kepiting.

Yang ketiga, wisata laut dan wisata alam Enggano. Dengan kekayaan alam bawah laut yang ada di sekitar pulau Enggano, tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisata air. Belum lagi yang gemar memancing, diving, snorkeling, surfing, dan eating.

Doni Monardo menyaksikan itu semua dengan mata kepala sendiri. Ia bahkan tak ragu-ragu berenang di laut Enggano. Saat menyusuri laut Enggano, menjelang merapat ke bibir pantai, Doni tiba-tiba meminta pengemudi perahu mematikan mesin motor tempel. Seketika Doni melompat ke laut, berenang, merasakan langsung sensasi laut Enggano yang jernih.

Sekadar informasi, Doni Monardo sangat piawai berenang. Bukan hanya renang di kolam, tetapi berenang di laut. Rasanya, belum ada anak buahnya yang mampu menyamai catatan waktu kecepatan berenang Doni Monardo.

Saat menjabat Pangdam XVI/Pattimura di Ambon, Doni terbilang rutin berenang di laut. Bukan sekadar mengajak pasukannya berenang, tetapi setelah berenang dilanjutkan dengan aksi bersih-bersih sampah, utamanya sampah plastik yang ada di bibir pantai.

Itu artinya, ketika beberapa waktu lalu ia berenang di Enggano dan spontan memungut sampah plastik di bibir pantai, adalah sikap reflek. Sikap reflek memungut sampah plastik, tidak saja tampak saat ia berenang di laut, tetapi ia lakukan dalam banyak kunjungan kerja dan aktivitas sehari-hari. Baik semasa menjadi komandan satuan di lingkungan TNI, saat menjabat Kepala BNPB, hingga setelah purnawirawan dan menjabat Ketua Umum PPAD dan Komisaris Utama Mind ID.

“Dengan bantuan pak Doni, saya yakin Enggano akan maju dan masyarakatnya lebih sejahtera,” ujar Camat Susanto.

Sekali waktu, ia sempat berbicara dengan nada berbisik kepada Doni. Maksud hati ingin agar putra kebanggaannya Sertu Try Febriansyah ditugaskan di Enggano.

Buru-buru Doni mengingatkan Susanto agar tidak berpikiran seperti itu. “Biarkan dia berkarier di militer dulu sampai perwira, setelah itu baru mengabdi di Enggano,” saran Doni kepada Susanto.

“Siap, jenderal!” jawab Susanto, sambil tertawa.

Ke depan, kita berdoa tak ada lagi kata SUSAH di pulau yang indah itu.

Tabik!

*) Egy Massadiah, wartawan senior, konsultan media, menulis sejumlah buku serta pembina Majalah “Jaga Alam”

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *