Connect with us

Buku & Sastra

Novel “Pacarku, Ibu Kosku”

Published

on

Sampul buku

Bacaan Ringan Tetap Miliki Daya Pikat

Judul Novel : Pacarku, Ibu Kosku

Penulis         : Chatarina Maria

Penyunting  : Anna Noerhansanah

Penerbit       : AE Publishing

Cetakan       : Pertama  2021

Tebal            : 270 halaman

JAYAKARTA NEWS – Pacarku, Ibu Kosku. Membaca judulnya  saja, kiranya sudah tercium aroma bahwa ini novel pop yang membidik pembaca usia remaja atau kalangan muda usia. Tak salah jika  menduga demikian. Yang dirajut memang kisah mahasiswa, dalam setting dunia kampus,  persoalan anak-anak kos dengan pelbagai suka-duka dan romantikanya. Dan inilah yang kemudian jadi medan konflik dalam novel karangan Chatarina Maria ini.

Awal  membaca kalimat demi kalimat, serasa biasa-biasa saja. Ibu kos yang keliling ketuk pintu kamar  para mahasiswa  guna menagih  bayaran kos dari  mereka yang sewa  kamar  pada akhir bulan. Diantara anak kos tentu ada yang lancar atau tepat waktu bayarnya. Namun tentu satu dua ada yang tersendat dengan pelbagai alasan. Kondisi ekonomi orangtua yang pas-pasan, kiriman telat, dan lain-lain.

Nah, satu diantaranya adalah anak kos bernama Rendi. Orangnya ganteng. Ketertarikan bu Vina, si induk semang, tampaknya berawal dari saat menagih uang kos. Pintu kamar Rendi digedor saat ia mandi. Tentu ia bergegas keluar dengan telanjang dada. Nah, dari sana bu Vina    tertegun, lalu  tak mampu menatap. Anehnya, Rendi pun merasakan getaran di dadanya saat tangan bu Vina menyentuh pipinya usai menerima uang kos darinya.

Selanjutnya, meski Rendi masih dibayangi keraguan akan perasaan  indah yang singgah, dan lama kelamaan beriringan juga dengan kesempatan bertemu, bepergian bersama, akhirnya keduanya tak bisa mengelak bahwa mereka saling jatuh hati. Saling merindukan jika beberapa hari atau beberapa  jam saja tak bertemu.

Bu Vina, perempuan cantik, berada,  dan diakuinya sendiri bahwa ia dimaja oleh suaminya, Pak Basri, dalam arti  terpenuhinya limpahan materi. Namun suaminya tampak lebih mencintai pekerjaannya,  sehingga tak ada saat-saat kebersamaan yang bisa membahagiakan hatinya sebagai seorang istri.

Memang sempat curiga, jangan-jangan ada wanita idaman lain (WIL), tapi tidak. Suaminya  mandul juga. Apalagi terkena stroke cukup lama yang tentu mengganggu dalam kebersamaan suami-istri.

Hal lumrah, kendati harta  tercukupi jika kebutuhan batin gersang, perempuan mana yang tidak meronta, menangis, bahkan menjerit  pilu kendati terlihat senyap. Dan situasi ini makin tertangkap Rendi, sehingga timbul juga belas kasihnya terhadap bu Vina. Nah, lengkap sudah,  gelombang cinta sudah saling terhubung, ditambah pula  belas kasih. Laksana hukum alam, baik perempuan maupun laki-laki sulit untuik menjauh atau meninggalkan orang yang telah merenggut hatinya pabila cinta sudah berbalut dengan rasa kasihan. Konon, “kasihan” lebih menghujam akarnya ketimbang cinta itu sendiri di dalam hati.   

……Aku sendiri tak tahu kenapa punya rasa yang aneh kepada bu Vina. Aku adanya kasihan ingin membuatnya bahagia. Rasa yang tak kupunyai jika dengan perempuan lain.(hal 122)  Ini batin Rendi. Apalagi jika “kasihan” itu dipelihara maka makin suburlah  cintanya,  bagaimanapun kelok likunya, dan halangan yang menghadang. Istri orang !

Mereka akhirnya menikah setelah bu Vna cerai dengan suaminya. Inilah uniknya. Pernikahan itu terjadi, pendorong pemula adalah suaminya sendiri. Ia menyadari tak bisa memberikan anak. Pun selama ini tak bisa memberi kebahagiaan batin terhadap istrinya.

Ceritanya linier dan terus mengalir. Bisa dibilang cukup lincah dalam bertutur, dengan kata-kata atau bahasa sehari-hari yang sederhana dan familiar. Sementara yang dirajut kisah anak muda yang masanya telah jauh terlampaui oleh usia penulis sendiri, yang ternyata perempuan pendidik yang telah purna tugas sebagai seorang guru.

Dalam realita kehidupan, karena kasih sayang terhadap suaminya, istri dengan legowo dan bahkan tampak ikhlas memperbolehkan suaminya menikah lagi. Bahkan ada pula yang ikut sibuk menikahkan dalam ijab kabul suaminya. Namun yang dikisahkan Maria dalam novel Pacarku, Ibu Kosku, justru inisiatif itu dari sang suami. 

Menebus kesalahan ? Demi kebahagiaan orang yang pernah disayang? Laki-laki berhati malaikatkah  dia, suami bu Vina itu? Justru dia sendiri (Pak Basri) yang meminta Rendi, anak kos yang dilihat dengan mata dan radar batinnya bisa membahagiaan  Vina andai mereka jadi pasangan suami istri. Bahkan Pak Basri juga memberikan tiket untuk bulan madu  Rendi dan Vina  ke Bali.

Namun, cerita yang kadang kita anggap ganjil, muskil, justru di dunia nyata banyak kisah serupa terjadi. Juga  penuh liku, aneh, dan bahkan lebih dari tragedi.  Apapun kejadiannya, bagaimanapun kelok liku dan ending yang dibuat pengarang, yang penting kisah itu memberikan kenikmatan bagi pembacanya. Dan dalam rajutan novel Pacarku, Ibu Kosku ini, cukup membawa imajinasi kita terhadap jalan hidup yang ditempuh para pelakunya.  Kita kadang larut dan ikut merasakan.  Bukankah itu berarti ada ruh  di dalamnya, meski ini cerita hiburan?

Novel hiburan ini jika difilmkan, bisa menjadi tontonan yang menarik andai didukung karakter pemain yang kuat.  Penuh penghayatan, dan ekspresif. Terutama untuk pemeran pak Basri, Bu Vina dan Rendi.

Konflik batin di ujung kisah jika diolah lebih mendalam bisa menjadi sajian cerita yang tidak sekedar hiburan melainkan  ada muatan  berarti dan mungkin jadi bahan renungan dari sekelumit  kisah anak manusia.  Tetap ringan namun menorehkan kesan  lebih melekat. ***   iswati

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *