Connect with us

Entertainment

Kupu Kupu Kertas: Film Berlatar Peristiwa G 30 S/PKI

Published

on

Denny Siregar dan Emil Haradi (berdiri). Chicco Kurniawan dan Amanda Manopo (Foto: Duduk)

JAYAKARTA NEWS— Peristiwa kelam G 30 S/PKI yang terjadi sekitar 1965/1966 masih menyisakan trauma kepedihan bagi anak bangsa. Sesama saudara saling jegal dan bunuh. Suami, isteri, ayah, ibu, anak dan pacar pun secara kejam dihabisi karena perbedaan partai, keyakinan dan golongan.

Sutradara Emil Heradi merilis film bertajuk ‘Kupu Kupu Kertas’ (KKK) berlatar peristiwa pembantaian tersebut.

“Saya mengangkat pembunuhan dan pembantaian masal di Banyuwangi tahun 1965. Ini untuk edukasi kepada penonton agar enggak terjadi lagi peristiwa semacam itu,” lontar Emil Heradi kepada penulis usai melihat preview film KKK di Jakarta.

Diakuinya, ekses dan penyebab peristiwa biadab itu masih kontroversial dan diselimuti kabut.

“Di film ini, saya kisahkan hubungan asmara antara Ning (putri Ketua PKI di daerah) dengan Ihsan (anggota NU). Terjadi cek-cok antar dua penganut ideologi tersebut,” urai Emil Haradi.

Ihsan awalnya tak peduli terhadap perbedaan latar belakang itu. Keluarganya menjadi korban pembantaian oleh antek-antek komunis. Ihsan dihadapkan pada kebimbangan balas dendam atau menyelamatkan Ning.

Pilihannya?

Satu hal yang patut diberi punten dari film KKK adalah Emil Haradi sangat detil dan cermat mengawal skenario dan disiplin mengatur alur cerita.

Di beberapa scene memvisualisasikan ‘peperangan berdarah’ antara golongan agama dan komunis.

Bendera merah simbol PKI dan senjata arit tampak ditampilkan di layar. Teriakan ‘ganyang setan desa’ berkali-kali didengungkan oleh PKI. Sementara di pihak NU lafaz ‘Allahu Akbar’ dan kutipan ayat-ayat suci jelas didengarkan dengan spirit menjaga asma Allah SWT dari rongrongan kaum komunis.

Di sela-sela pertarungan dua ideologi tersebut, mendadak sontak terdengar alunan vokal pemeran dan rocker dari Bali, Ayu Laksmi yang menyenandungkan lagu ‘Genjer Genjer’.

“Nuansanya memang pas, lagu berbahasa Osing Banyuwang itu dicaplok oleh PKI/Gerwani dan oleh sutradara Arifin C Noer dimasukkan dalam film ‘G 30 S/PKI’ sebagai lagu pengantar pembunuhan 6 Jenderal dan 1 perwira di Lubang Buaya,” papar Emil Haradi lagi.

Penata musik Andi Rianto menggarap musik film secara teliti dan nglangut. Dengan alat tetabuhan musik etnis, aroma dan nuansanya sangat mencekam. Di sisi lain, visualisasi pembunuhan 62 pemuda NU oleh PKI yang terjadi Oktober 1965 juga patut diacungi jempol.

“Riset dan pencarian data sejarah peristiwa 65/66 di perpustakaan cukup lama. Meski ini cerita fiktif, namun latar belakangnya harus otentik tanpa menimbulkan dendam dan trauma,” terang produser Denny Siregar diiyakan Yoen K yang juga produser.

Film KKK produksi Denny Siregar Production dan Maxima Pictures ini akan tayang 7 Februari 2024. Para pemerannya Chicco Kurniawan, Amanda Manopo, Iwa K, Ayu Laksmi, Reza Ara Octovian, Senja Hafiedz dan Samo Rafael.

Plot dan alur ceritanya lurus dan pas ditonton. Tanpa bumbu-bumbu iklan atau indoktrinasi promosi partai atau ormas yang sedang berjaya di tahun-tahun ‘Nasakom jiwaku’ tahun 65/66.
Tanpa kemarahan, film KKK nyaman dilihat dan menyeruak ke sanubari penonton sebelum hari pencoblosan. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *