Connect with us

Feature

Megawati Menunjuk Laut, SBY Tersenyum di Sampingnya

Published

on

Megawati ketika masih Presiden, dan SBY ketika masih Menko di kabinet Megawati Soekarnoputri. Foto: Ist

SETIAP museum merupakan ruang yang dapat membuka gerbang masa lalu. Jika koleksinya besar dan cukup detail, boleh jadi menyeret pengunjungnya ke lorong-lorong waktu nuh jauh di belakang sana.

Museum tak sekadar tempat memajang barang-barang kuno atau yang bernilai sejarah. Museum juga menyimpan banyak catatan peristiwa, baik berupa benda, manuskrip, CD, maupun gambar/ foto.

Begitupun museum kepresidenan, Balai Kirti, di Komplek Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat. Di ruang pamer yang mengoleksi benda dan foto dari  masing-masing  presiden yang  sudah purna bakti di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, mengantar kita menengok pelbagai peristiwa ke masa-masa pemerintahannya.

Museum yang diresmikan di akhir masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, 18 Oktober 2014 memiliki ruang koleksi sebanyak jumlah presiden yang telah selesai masa jabatannya. Mulai 4uang pamer Presiden Sukarno,  Soeharto, BJ Habibie,  Abdurahman Wahid (Gus Dur),  Megawati Soekarnoputri, dan SBY.

Masing-masing “Ruang Presiden” menarik dan mempunyai pesona tersendiri. Kesamaannya, masing-masing ruang pamer terdapat foto-foto kegiatan kenegaraan, termasuk kunjungan kepala negara asing, serta koleksi foto keluarga.

Di “Ruang Presiden Megawati”, ada foto ketika Presiden Megawati berdiri di anjungan kapal sambil tangannya menunjuk ke arah laut lepas, didampingi Menko Polsoskam Susilo Bambang Yudhoyono yang dengan senyum khasnya duduk di belakang Mega bersama aparat lainnya.

Foto yang ketika itu mungkin hanya dinilai bagus dari sudut pengambilannya, namun jika dilihat saat ini sangat sublim, dan kaya makna. Foto yang apik memang  bisa diartikan lebih dari seribu kata-kata. Dalam hal ini jika dikaitkan dengan renggangnya komunikasi antara keduanya menjelang dan setelah SBY menjadi Presiden menggantikan Mega.

Pers yang kadang nyinyir acap menyinggung masalah ini. Lebih-lebih di media sosial. Namun situasi sudah berubah. Keduanya kini sama-sama purna tugas sebagai  presiden. Keduanya juga punya prinsip dan pandangan yang kuat.

Megawati: Bendera telah aku kibarkan, pantang surut langkahku walau tinggal sendirian.

SBY: Kekuasaan itu menggoda, gunakan penuh amanah demi kepentingan bangsa.

Seiring bertambahnya usia dan kearifan masing-masing, maka barangkali, bisa saja pada foto tersebut kita beri komentar berupa meme, untuk SBY, “Aku masih seperti yang dulu.” Dan Mega sebagai ketua umum partai yang cukup jel memilih kader/pemimpin, maka meme yang sesuai untuk foto tersebut, “Aku turut mengantarmu ke gerbang istana.”

Sayang gambar tersebut tak dapat ditampilkan di sini. Karena sesuai aturan di Museum Kepresidenan, pengunjung dilarang memotret.

Ya, begitulah, foto, karya, dan benda lainnya dalam museum dapat membuat kita bercanda dengan masa lalu, atau ikut trenyuh dan bahagia atas realita di masa lampau. Menatap foto Sukarno dan Fatmawati bersama putra-putrinya yang masih bocah, kita pun bisa jadi ikut haru. Mengingat anak adalah permata hati yang sangat dirindukan Bung Karno selama puluhan tahun. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *