Kabar
Masyarakat Betawi Faktor Integrasi Bangsa
JAYAKARTA NEWS— Masyarakat Betawi menjadi salah satu elemen etnis yang berkontribusi signifikan dalam meneguhkan integrasi bangsa dan masyarakat Jakarta yang pluralistik. Hal tersebut ditunjukkan dari banyaknya peristiwa besar dan menentukan eksistensi republik ini yang tidak terlepas dari kontribusi masyarakat Betawi.
Hal tersebut dikemukakan Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas PTIQ Achmad Fachrudin pada kegiatan Pesona Budaya Indonesia di kampus Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) dan Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), Sabtu lalu. Selain Achmad Fachruddin, hadir dan menjadi pembicara budayawan, serta penyair kesohor Betawi Yahya Andi Saputra.
Pengurus Lembaga Kebudayaan Betawi tersebut menunjuk pada banyaknya peristiwa besar dan penting terjadi di Jakarta. Seperti Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 19 Agustus 1945, Rapat Raksasa di Lapangan Ikada pada 19 September 1945, Gerakan melengserprabonkan Presiden Soeharto di masa Orde Baru pada Mei 1998, pembangunan gedung dan jalan di ibukota Jakarta yang banyak menelan tanah milik orang Betawi, pemindahan ibu kota negara Republik Indonesia ke Kalimantan Timur, dan sebagainya.
“Tanpa kontribusi masyarakat Betawi, baik langsung maupun tidak langsung, berbagai fakta sejarah itu sulit dapat terwujud,” tegas Fachrudin yang juga dosen Fakultas Dakwah Universitas PTIQ.
Keberhasilan masyarakat Betawi dalam mendukung integrasi dan pembangunan bangsa dan Jakarta berakar dan dikontribusi dari kebudayaan Betawi yang komprensif dan holistik, baik pisik (tangible) dengan beragam bentuk dan jenisnya yang demikian kaya dan banyak maupun non pisik (tangible). Untuk non pisik seperti kesetiaan, toleransi, keterbukaan, kesederajatan dan sebagainya. Dalam kontek ini, menurut mantan anggota Bawaslu DKI Jakarta, Islam menjadi sumber etik, spirit dan ruh dari partisipasi masyarakat Betawi dalam pembangunan negara, bangsa dan Jakarta.
Meskipun masyarakat Betawi telah berkontribusi besar dan nyata dalam membangun integrasi dan berkorban bangsa dan pembangunan di Jakarta, menurut jurnalis senior tersebut, tidak sepenuhnya membuahkan hasil berupa kehidupan yang berkemakmuran.
Eksistensi orang Betawi dalam banyak aspek makin termajinalisasikan. Sementara berbagai jenis kebudayaan Betawi misalnya, makin banyak yang punah sebagai dampak amanat Perda No. 4 tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan Betawi belum sepenuhnya dilaksanakan secara konsisten, dan konkrit.
Oleh karena itu, menurut Fachrudin yang biasa disapa ‘abah’, pekerjaan rumah bagi masyarakat, tokoh termasuk kalangan mahasiswa Betawi ke depan adalah menyeimbangkan antara kontribusi positif dan signifikan terhadap bagi negara dan kota Jakarta dan saat bersamaan mampu mensejahterakan dan memakmurkan kebanyakan masyarakat Betawi.
Sementara budayawan Yahya Andi Sahputra berpendapat, political will dan political act pucuk kepemimpinan nasional dan Jakarta berpengaruh dan sangat menentukan terhadap eksistensi dan masa depan masyarakat dan kebudayaan Betawi.***pr