Feature
“Bung Karno – Bung Karno” Pidato di Muntok
INGAT Muntok, ingat tambang timah yang kesohor di Kabupaten Bangka Barat. Daerah ini termasuk yang memiliki jejak-jejak penjajahan cukup dalam mengakar. Tidak heran jika spirit nasionalisme di Muntok sangat kental.
Saat ini, Bangka Barat menggelindingkan kegiatan “Napak Tilas Pelestarian Nilai Sejarah” dengan tema “Dari Muntok untuk Indonesia”. Nah, salah satu kegiatan mengisi Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) adalah “Lomba Pidato Soekarno” membawakan pidato-pidato Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Sukarno.
Lomba yang digelar Kamis (3/5) itu diikuti 21 peserta mewakili sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) se-Bangka Barat. Cuaca mendung saat lomba hendak dimulai. Tak lama kemudian, hujan sempat turun membasahi bumi Muntok. Meski begitu, sama sekali tidak mengendurkan semangat peserta.
Satu per satu, peserta membacakan pidato-pidato Bung Karno. Lima naskah pidato yang diperlombakan, adalah: Pidato Bung Karno HUT RI ke-20 tahun 1966 (Jasmerah: Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah), Pidato Nawaksara Soekarno, Pidato Presiden Soekarno 29 Juli 1956 di Semarang, Pidato Presiden Soekarno saat pembebasan Irian Barat, dan Pidato Soekarno 17 Agustus 1963 (Gesuri: Genta Suara Revolusi Indonesia).
Tiga orang juri yang terdiri dari dua orang guru (guru SMU dan SMP) serta satu perwakilan masyarakat, melalui penilaian yang ketat, memutuskan tiga orang pemenang. Yudi Hervian (Madrasah Aliah Negeri 1 Bangka Barat) Juara I, Amar Azhar (Madrasah Aliah Negeri 1 Bangka Barat) Juara II, dan M. Adha dari SMA Negeri 1 Muntok sebagai Juara III.
Acara seperti ini, digelar secara periodic. Tahun lalu, lomba pidato diselenggarakan di Wisma Ranggam. Sedangkan tahun ini di Museum Timah. Keesokan harinya, Jumat (6/5) juga diadakan kegiatan bedah buku Di Bawa Bendera Revolusi (DBR) yang berisikan artikel-artikel serta pidato-pidato Bung Karno yang sempat dihimpun dan diterbitkan dalam dua jidil (DBR I dan DBR II).
Selain bedah buku, panitia juga menggelar kegiatan sarasehan sejarah dan dilanjutkan Napak Tilas Rute Perjalanan Bersejarah dari Wisma Ranggam ke Pantai Tanjung Kelian. Masyarakat antusias mengikuti kegiatan sarat muatan kebangsaan itu. Sayang, media nasional kurang melirik kegiatan ini. ***