Connect with us

Feature

‘Rara Ngigel’ Melingkar di Tangan

Published

on

Jam tangan etnik kreasi Lisa, dipamerkan di ajang Adiwastra Nusantara 2019, beberapa waktu lalu. (foto: s. resti handini)

Jayakarta News – Stand-nya cukup mencolok. Ia pun menjadi makin mencolok di antara stand-stand lain yang kebanyakan memamerkan produk aneka kain batik, kain tenun, dan aneka jenis kain lainnya. Pemandangan itu terjadi di ajang Adiwastra Nusantara 2019, sebuah gelar pameran kain adati terbesar di Indonesia, yang berlangsung di JHCC Senayan, Jakarta beberapa waktu lalu.

Stand mencolok yang dimaksud adalah INA Watch milik Lisa. Perajin jam tangan unik asal kota gudeg, Yogyakarta itu memajang lebih dari 50 arloji yang terbuat dari bahan kayu dengan ikat tali aneka tenun. Kepada Jayakarta News, Lisa mengaku sudah lima kali mengikuti pameran. “Selain di Jakarta, saya pernah memamerkan produk ini di mal, hotel, dan tempat pameran lain, di Yogya dan Jakarta,” ujarnya.

Gadis kreatif itu ternyata masih berstatus mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta. Ia sejatinya hanya meniru jejak kakak yang lebih dulu membuat kreasi jam tangan. Hanya saja, Lisa membuat model yang berbeda dengan segmen yang berbeda pula. “Kakak saya membuat jam tangan full dari bahan kayu, jadinya mahal. Sedangkan saya, menggabungkan kayu dan ornamen lain sehingga lebih terjangkau. Desainnya juga cocok untuk anak milenial,” ujar pemilik nama lengkap Elisabeth Retno Kusharyanti, itu.

Aneka jam tangan INA Watch karya Lisa dari Yogyakarta. Kepala jam menggunakan bahan kayu, sedangkan talinya menggunakan aneka tenun dan kain tradisional. (foto: s. resti handini)

Lisa merintis usahanya itu November 2018, belum lama. Kreasi jam tangan etniknya, terkesan modis dan tidak glamour. Bagian head atau kepala jam tangan, terbuat dari kayu. Sedangkan, talinya menggunakan kain tenun berbagai daerah. Ada tenun Kalimantan, Lombok, Toraja, bahkan menggunakan kain lurik khas Yogya.

Dalam menawarkan dan menjual produk fashion, tentu harus mempunyai nilai lebih atau setidaknya beda dari yang sudah ada di pasaran. Demikian pula dengan jam tangan bermerek INA Watch ini. “Dalam berkreasi, pertama-tama saya dulu yang harus menyukai kreasi saya. Kalau saya sudah merasa suka, baru saya lepas ke pasar,” aku Lisa, bungsu dari 3 bersaudara, kelahiran Gunung Kidul, Yogyakarta.

Seri jam tangan “Gambyong”. (foto: ist)
Seri head jam tangan “Bondan Payung”. (foto: ist)

Ihwal jenis kayu yang ia gunakan untuk head jam tangan kreasinya, Lisa memakai tidak hanya satu jenis kayu. Ia memakai kayu jati, mindi, nangka, sonokeling, kelengkeng, dan mangga. Yang unik, lima seri head jam tangan yang dilepas ke pasar, masing-masing diberi nama jenis tarian Jawa. Jadilah jam tangan etnik itu bernama rara ngigel, golek sulung dayung, golek ayun-ayun, gambyong, dan bondan payung.

“Saya beri nama tari-tarian Jawa, supaya lebih khas. Sebab, brand-ku namanya INA, kependekan dari Indonesia, yang mengangkat keragaman Indonesia. Seri tari-tarian, sekaligus memberi informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang nama-nama tarian Jawa,” papar Lisa yang mengaku pernah belajar tari Jawa ketika duduk di bangku SD hingga SMP.

Lisa ingin anak-anak menyadari bahwa Indonesia mempunyai banyak hal menarik. Indonesia tidak saja memiliki objek pariwisata yang indah, tetapi juga ragam budaya yang sangat luhur. “Sudah sepatutnya kita bangga menjadi orang Indonesia,” tandas Lisa. (s. resti handini)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *