Kabar
Prof. Kikiek Siapkan Orasi Kebudayaan
JAYAKARTA NEWS – Sejak beberapa hari terakhir ini ada kesibukan Pro. Hermawan “Kikiek” Sulistyo. Kepala Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) Universitas Bhayangkara Jakarta Raya itu selain sedang konsentrasi menyiapkan gelaran Renzo International Open Karate Championship, juga tengah menulis orasi kebudayaan bertajuk “Violance dalam Trajektori Peradaban”.
Violance (kekerasan) politik adalah salah satu keahlian Mas Kikiek, demikian alumni Arizona State University (ASU), di Tempe, itu akrab disapa. Dengan keahliannya itu, Tuhan memberinya banyak kesempatan atau kebetulan pada peristiwa-peristiwa besar terkait dengan kekerasan politik tidak terkecuali berbagai kasus terorisme yang terjadi di Indonesia, bahkan di Filipina. Yang semua pengalamannya itu sebagian besar sudah dibukukan pada 2016 dalam “Intercouse with Tragedy”.
Mas Kikiek menjadi salah satu saksi bagaimana KH Abdurrahman “Gus Dur” Wahid di Istana dengan santainya menghadapi kekerasan politik yang berujung pada pemakzulannya. Juga, dalam kekerasan politik yang diperjuangkan kelompok ekstrim dengan aksi teror bom seperti bom Bali, bom JW Marriortt Jakarta, bom Poso dan bom di perempatan Sarinah Jl. Thamrin, Jakarta Pusat.
Belum banyak yang dibocorkan oleh alumni MIPA Universitas Indonesia ini apa saja yang akan disampaikan dalam orasi kebudayaan yang akan digelar di kampus Ubhar Jaya pada 4 Juli 2022, bertepatan dengan hari jadinya. Penulis dan editor lebih dari 100 buku ini memberi sedikit klu tantang apa yang akan disampaikan dalam orasi kebudayaannya.
Penggemar tulisan ilmuwan Neil deGrasse Tyson itu akan memulai orasinya dengan menyampaikan bagaimana bagaimana Tyson telah membunuh Pluto. Planet kesembilan itu, ternyata bukan lagi menjadi anggota planet dalam sistem tata surya di Galaxy Bima Sakti. Ploto adalah asteroid.
Opening itu akan menjadi semakin menarik dengan bagaimana Kikiek menggambarkan hal-hal yang semula tidak masuk di akal menjadi hal yang ada, dan dinikmati warga dunia, misalnya telepon seluler dan internet. Pada awal 1990-an, internat yang kini dapat berfungsi untuk menelepon, masih menjadi perdebatan sengit kalangan mahasiswa di Amerika. Sekarang, menjadi nyata. Kedepan, mungkin kita tidak perlu repot-repot mengetik naskah buku, cerpan, atau lannya, sebab Laptop masa depan tinggal dihubungkan dengan seperangkat kabel atau nirkabel dengan kepada (otak) kita, yang seketika akan mengetik apa yang ada dalam pikiran orang tersebut.
Tidak ada yang tak mungkin. Itu semua bisa masuk dalam trajektori peradaban. Jika Anda tidak menjumpainya, generasi Anda mungkin yang akan membenarkan trajektori yang diungkap mas Kikiek. [sm]