Kabar
Peluncuran dan Diskusi Buku “Andesit untuk Bangsa”
Jayakarta News – Sebuah buku biografi seniman besar yang pernah dimiliki Indonesia, akan diluncurkan Rabu, 20 November 2019, pukul 09.30-13.00 di Bentara Budaya, Jl. Suroto, Kotabaru, Yogyakarta. Diskusi diselenggarakan kerjasama Keluarga Besar Hariadi S dan Bentara Budaya Yogyakarta.
Bertindak sebagai narasumber Profesor Dr. M Agus Burhan, Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dan Doktor Nasir Tamara, jurnalis senior, anggota Board Yayasan Biennale Jogja dan Ketua Umum Perhimpunan Penulis SATUPENA, dengan moderator Kuss Indarto, Kurator Seni Rupa.
Buku berjudul Andesit untuk Bangsa, itu ditulis oleh jurnalis senior Ireng Laras Sari (69), berkisah tentang kehidupan seniman multitalenta bernama lengkap Hariadi Sumodidjojo atau lebih populer dengan nama Hariadi S.
Ditulis dengan bahasa yang plastis, dilengkapi hasil paper trail (pelacakan dokumen) dan wawancara berbagai sumber utama, Ireng Laras Sari menuliskan perjalanan hidup Hariadi, yang kebetulan adalah ayah kandungnya. Khalayak akan dibawa melanglang ke masa-masa Revolusi di negeri ini, ketika seni rupa, lebih tepat seni lukis, berperan dalam menghadirkan identitas kebangsaan.
Salah satu tokoh pada era itu adalah Hariadi S, yang menurut pengamat seni rupa Agus Dermawan T, Hariadi adalah ikon dalam mazhab seni lukis Indonesia terpenting abad ini yakni mazhab kebangsaan.
Siapakah Hariadi S? Generasi sekarang mungkin tidak ada yang mengenalnya. Pada era 1950-1970-an, ia dikenal sebagai pelukis, pemahat dan pematung. Profesi yang saat ini lebih dikenal dengan sebutan perupa.
Hariadi dilahirkan di Ketawangrejo, Grabag, Kutoarjo, 25 Juli 2019. Hidupnya penuh warna, memiliki multitalenta. Ia menulis puisi, bermain drama, melukis, memahat, mematung, pun bermain film. Ia adalah anggota Sanggar Indonesia Muda (SIM) Yogyakarta, juga pendiri Sanggar Selabinangun. Lukisannya beraliran realisme.
Sedangkan karya monumentalnya tersebar di aneka tempat ikonik Indonesia. Antara lain karya relief Bandung Bondowoso di Stasiun Kapal Terbang Adisutjipto, Yogyakarta; relief Ombak Sepanjang Pantai di Samudera Beach Hotel, Palabuhan Ratu, Jawa Barat ; Pesta Pura di Bali, di Hotel Indonesia, Jakarta; dan Flora dan Fauna di Indonesia di Bali Beach Hotel, Sanur Bali. Karya patungnya Perlawanan Jatinegara, berdiri kokoh di depan Gereja Ambon, Jatinegara Jakarta Timur.
Akan halnya Ireng Laras Sari, adalah anak ketiga, pasangan Hariadi S dan Sumilah. Lahir di Yogyakarta 20 November 1950. Tahun 1970-an menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia “ASRI” di Jurusan Seni Lukis. Awal 1980-an sampai medio 1990 bekerja sebagai wartawan di Kedaulatan Rakyat dan Minggu Pagi Yogyakarta, kemudian editor di Harian Umum Bernas, Yogyakarta mulai 1990 hingga 1997.
Dengan data lengkap, akurat serta penulisan dalam gaya bertutur (narrative story) buku karya perdananya ini menjadi enak dibaca sejak awal hingga akhir. Tulisan historical account tentang sang ayah, itu dikemas ke dalam karya buku berukuran 16 x 24 sentimeter, dilengkapi ilustrasi foto dan sketsa karya Hariadi S, sebagian berwarna, menjadikan buku ini semakin menarik dan penting selain sebagai monumen juga menjadi ajang pendidikan dalam khasanah seni rupa di Indonesia.
Dalam diskusi dan bedah buku, demi mendekatkan publik yang hadir dengan sang seniman, akan dipamerkan sebagian kecil karya Hariadi Sumodidjojo. (*/rr)