Kesehatan
Mental Awareness di Indonesia
Oleh : Diandra Zistasyah, S.Psi
DATA Kementerian Kesehatan menunjukkan sekitar 14 juta orang di Indonesia yang berusia di atas 15 tahun mengalami gejala depresi dan gangguan kejiwaan. Yang menjadi masalah adalah gangguan jiwa menyebabkan masalah produktifitas menurun hingga menyebabkan kerugian secara ekonomi.
Kesehatan mental masih menjadi isu besar yang tidak terjamah oleh publik. Orang dengan kesehatan mental yang buruk akan dicap dengan stigma buruk sehingga keluarganya juga akan ikut menanggung malu. Contohnya masih ada orang Indonesia yang memasung anggota keluarganya karena mengalami gangguan jiwa. Padahal orang dengan gangguan jiwa butuh perlakuan dan terapi khusus agar penyakitnya tidak bertambah parah. Dengan dipasung selama bertahun-tahun, gangguan jiwa yang diidap akan semakin bertambah buruk, belum lagi kesehatan fisiknya juga akan menurun.
Orang dengan gangguan jiwa atau kesehatan mental yang buruk mempunyai kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Depresi adalah salah satu penyakit mental terbanyak yang membunuh penderitanya secara perlahan. Tanpa pengobatan dan terapi yang benar, pengidapnya dapat mengalami suatu masa dimana depresi seolah-olah melahapnya dari dalam dan dia tidak dapat melawannya, sehingga tidak sedikit pengidapnya berujung pada kematian karena bunuh diri.
Tidak hanya depresi yang dapat menyebabkan seseorang membunuh atau menyiksa dirinya sendiri. Bahkan penderita Eating Disorder pun mampu menyembunyikannya dari publik. Penderita anorexia, bulimia atau bahkan binge eating mampu menyembunyikan penyakitnya dari publik. Dan tidak jarang penyakit tersebut justru dipicu oleh omongan yang orang lain anggap sepele, atau melalui tindakan bully yang mengatakan bahwa beratnya tidak ideal, atau semacamnya.
Banyak penyakit mental yang tidak terdeteksi oleh mata orang karena memang penderitanya sangat pintar dalam menyembunyikannya. Biasanya orang dengan penyakit mental akan terlihat tenang dan bahagia sehingga orang awam tidak akan menyangka bahwa penderita sedang menderita dari dalam, sehingga banyak orang yang menyepelekan penyakit mental, padahal penyakit mental sangat mempengaruhi fisik seseorang. Mengapa? Karena jiwa dan raga itu menjadi satu, jika terjadi disfungsi pada salah satunya maka akan berakibat pada yang lainnya.
Terkadang orang dengan mudahnya berkata “jangan baper jadi manusia, jangan mudah stress, jangan mudah terbawa perasaan”. Mereka tidak tahu jika tidak semudah itu untuk melawan penyakit ini, karena perlawanannya butuh waktu lama, bahkan seumur hidup. Bagi orang yang awam atau orang yang tidak menderita penyakit mental, kalimat tersebut hanyalah kalimat tidak bermakna yang terkadang mereka jadikan tameng untuk memotivasi seseorang. Akan tetapi mereka tidak sadar seberapa berartinya kalimat tersebut untuk orang yang memiliki penyakit mental. Terkadang kalimat sepele dan tidak bermakna seperti tersebut dapat mendorong orang untuk membunuh dirinya sendiri.
Memberikan kalimat dan ultimatum seperti tersebut dapat disamakan dengan menyuruh orang yang sudah sangat kecanduan narkoba untuk tidak menggunakan narkoba saat dikurung dalam ruangan yang penuh dengan narkoba, atau sama saja dengan mengatakan kepada orang yang memiliki penyakit asma bahwa apa susahnya bernafas jika banyak udara disekeliling kita.
Kesadaran orang akan kesehatan mental perlu ditingkatkan lagi, karena sekarang semakin meningkat orang yang melakukan bunuh diri karena masalah yang sepele sekalipun. Kesehatan mental tidak bisa disepelekan karena sama berbahayanya dengan penyakit jantung ataupun stroke. Maka dari itu, mulailah dari sekarang untuk saling menjaga lisan dan perilaku, karena kita tidak tahu apa yang orang lain sedang alami, kita tidak tahu apa yang orang lain sedang perjuangkan dalam dirinya, dan kita tidak tahu perang apa yang sedang diusahakan mereka untuk dimenangkan dalam dirinya sendiri. Mengapa? Karena ingat, orang dengan penyakit mental sangat pintar menyembunyikan perang yang terjadi dalam dirinya sendiri. ***