Connect with us

Entertainment

Indro Warkop jadi Orang Pikun

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Orang mengenal Indro Warkop sebagai komedian terkenal. Kali ini, Indro jadi penyandang demensia alias pikun.

“Ini peran menantang banget. Saya keluar dari zona nyaman. Saya berjalan tertatih dan ngangkang. Makan disuapin. Bicara, kalimatnya banyak yang pelo,” ujar Indro usai pemutaran film ‘Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti’ yang disutradarai Herwin Novianto.

Berperan sebagai Hardiman yang pikun, ia acap mengalami post power syndrome. Suatu saat, Hardiman menabuh gamelan dan menembang lagu berbahasa Jawa. Saat lain, mendadak sontak ia melakukan gerak tari sebagai sosok Gatotkaca yang diperankannya semasa muda dalam kelompok Wayang Orang Langen Budoyo.

“Saya belajar nembang dan menari Jawa sama mbak Endah Laras dan dua pembantunya. Sekitar dua mingguan saya giat berlatih, agar gerakan dan gesture saya enggak kaku,” aku Indro.

Dikatakannya, sebuah film jika dimainkan oleh seorang aktor watak yang mumpuni, pasti ansambel menjadi baik. Ditambah lagi chemistry dapat, meski karakter yang dimainkan sebagai orang tua yang pikun sekalipun.

“Ini peran kelima dimana saya keluar dari zona nyaman, enggak melawak lagi. Sebelumnya saya juga bermain di film drama ‘Miracle in Cell No 7’ produksi Falcon,”  beber Indro. Yang menarik dari film ‘Yang Patah…’ adalah adanya kejutan dan kelokan plot twist di ending.

Herwin Novianto, sutradara. (foto Ipik)

Pemain lain yang meneriahkan film ini adalah Clara Bernadeth, Donny Damara, Windarti, Endah Laras, Wina Marrini, Diva Ratu Alifia dan masih banyak lagi. Syuting seluruhnya di kota Solo khususnya di Laweyan yang dipenuhi jalan-jalan sempit.

“Sesungguhnya jalanan sempit ini menjadi jembar (lebar) yang sesuai dengan falsafah orang Jawa yaitu ‘alon-alon waton kelakon’. Karena itulah, irama film ini pelan dan tenang. Ojo kesusu (jangan terburu-buru), orang Jawa bilang,” urai sutradara Herwin Novianto.

‘Yang Patah Tumbuh, Yang Hilang Berganti’ (diambil dari puisi karya Chairil Anwar dan dinyanyikan oleh band Banda Neira) menjadi penutup film dalam ajang ‘World Cinema Week’ (WCW) yang digelar di Jakarta, baru-baru ini. Event ini diikuti 39 negara dan sebanyak 71 film ditayangkan di CGV, Grand Indonesia, Jakarta.

Nama WCW dipilih sebagai representasi line-up film yang dikurasi, berasal atau pernah diputar di pelbagai festival film bergengsi dunia “Istilah World Cinema juga kerap digunakan untuk mendefinisikan film-film berkualitas. Baik secara artistik maupun nilai produksi buatan non-studio besar Hollywood. Ini sekaligus alternatif tontonan yang menarik,” timpal Shandy Gasella selaku director WCW. (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *