Connect with us

Kabar

Eagle Awards 2017 Hasilkan 5 Proposal Ide Film Terbaik

Published

on

 

EAGLE Awards Documentary Competition adalah perpaduan program antara kompetisi, pendidikan dan produksi, Dalam tahapan pendidikan film, tahun ini yang mengusung tema ‘Indonesia Cerdas’, terpilih 5 proposal ide film terbaik, yaitu Marka karya Akhmad Saifuddin dan Ineu Rahmawati, Andreas : Melawan Realitas karya Protus Hyasintus Prasalang dan Handrianus Kolibasa Basabelolon, Mengeja Belantara (Syamsuddin dan Samsuddin), Mendengar Senyuman (Carya Maharja dan Radiati Ayu Praptiwi) dan Di atas Genteng (Ika Yuliana dan Sangga Arta Witama).

Kelima film dokumenter diputar di XXI Plaza Senayan, Jakarta, belum lama ini dalam Premiere momentum awal sebelum film dilepas ke masyarakat.

Dalam pendidikan film, kelima sutradara muda Indonesia dari lima proposal ide film terpilih didorong untuk terus dapat menyampaikan gagasan, sikap dan pandangannya melalui medium film dan dengan tetap mempertimbangkan nilai moral, ideologi dan etika.

Dengan demikian, penonton dan pengamat film bisa melihat keberagaman perspektif dan cara melihat kenyataan yang unik serta konstruktif dunia pendidikan bersama dinamika lainnya yang mencakup kebijakan politik, adat, kemandirian, seni dan realitas lainnya.

Hampir kelima film terpilih memiliki makna dan bobot serta ciri khas masing-masing. Misalnya film ‘Marka’, yang mengambil lokasi di Serawak, Malaysia, Bercerita tentang perjuangan seorang anak TKI yang bercita-cita ingin menjadi seorang penari profesional. Meski si anak ingin melanjutkan sekolah di Indonesia, namun orang tuanya tidak mengizinkan.

Sama sebangun dengan kisah film ‘Andreas : Melawan Realitas’ yang mengisahkan tentang kehidupan anak sekolah bernama Andreas di Kabupaten Boven Digoel, Papua. Bahwa masa depan perlu diperjuangkan dengan berlari sekencang-kencangnya agar kebahagiaan dan kesuksesan yang berada jauh di depan matanya dapat diperolehnya. Berbagai tantangan hidup seperti keterbatasan ekonomi maupun lingkungan sosial ikut memengaruhi masa pertumbuhan dan perkembangan sebagai seorang pelajar. Minuman keras dan mabuk-mabukan adalah kebiasaan buruk dan menjadi tempat pelarian ketika problem hidup kian mengekang. Manakah yang dipilih Andreas : buku demi masa depan yang cerah atau botol minuman yang justru merusak citra dan cita-citanya.

Dunia pendidikan sekali lagi menjadi tema utama di film bertajuk ‘Mengeja Belantara’ yang mensyut kehidupan sekolah alam di Mamuju, Sulawesi Barat. Sekolah alam yang telah berdiri selama 13 tahun yang didirikan secara mandiri oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan warga di desa Salulebbo, Mamuju, Sulawesi Barat. Sekolah alam tersebut dikeloma dengan sistem pengajaran berbasis nilai-nilai lokal dalam mempersiapkan generasi yang cakap dan membangun desanya secara pintar. Meski cukup jauh dari pusat kota, namun kemandrian sekolah alam menjadi kekuatan bagi eksistensi masyarakat. Bagaimana eksistensi sekolah alam menghadapi pembangunan bendungan yang telah menjadi ancaman bagi masyarakat dan sekolah terkini ?

Film ‘Mendengar Senyuman’ mengambil lokasi di Bekasi, Jawa Barat. Berkisah seorang tuna netra bernama Rusim yang sempat merasa putus asa – bahkan hampir mencoba bunuh diri – karena tak pernah mendapatkan kesempatan bersekolah. Ia selalu dihantui kecemasan dan kegagalan. Akhirnya pada usianya yang ke 28 tahun, ia baru dapat mengenyam pendidikan keterampilan di sebuah panti sosial milik pemerintah. Kini, Rusim mulai berani untuk percaya diri dan bermimpi meraih cita-citanya.

Film terakhir ‘Di atas Genteng’ bercerita seputar kehidupan pekerja genteng di Jatiwangi, Jawa Barat. Karena terancam akibat masuknya industri-industri pabrik baru, beberapa pekerja genteng membuat ‘keributan baru’ dengan mengadakan acara lomba binaraga untuk para pekerja genteng sebagai salah satu upaya menyadarkan masyarakat untuk mempertahankan tradisi genteng mereka bersama-sama. “Kami pekerja genteng di Jatiwangi masih ada peradaban,” teriak pekerja genteng. Sebuah cerita yang satir sekaligus miris.

Kelima film terpilih bisa disaksikan di saluran Metro TV, dari Senin (9/10) sampai Jumat (13/10) mulai pukul 22.30 – pukul 23.00. Yang jelas, Eagle Awards ini bisa berkontribusi bagi perkembangan film dokumenter di Indonesia, baik menyangkut perkembangan estetika maupun perkembangan kajian film dokumenter. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *