Connect with us

Feature

Derita Masarmah, Nenek Tua di Gubuk Reot

Published

on

Nenek Masarmah, sebatang kara di gubuk reotnya. Foto: Andang S

MIRIS melihat kehidupan Masarmah, seorang nenek tua asal Kampung Maja Barat Rt 02/03 Kelurahan Sukaratu, Kecamatan Majasari, Pandeglang-Banten. Sejak ditinggal suaminya beberapa tahun lalu, nenek tua itu pun menjalani hidup sebatang kara tak ada suami dan tak ada anak.

Karena usia, kondisi fisiknya mulai rapuh. Ditambah penglihatan yang juga tak tak utuh lantaran sebelah matanya mengalami kebutaan. Sebatang kara, ia harus bertahan hidup di gubuk reot. Hidupnya, hanya tergantung dari belas kasih para penderma yang iba melihatnya.

Genteng rumah berbilik bambu nenek Masarmah tak lagi rapat. Foto: Andang S

Dengan tinggal di gubuk reot berbilik bambu, beratap genting yang tak lagi rapat, membuat Masarmah bahkan tidak pernah bisa tidur nyenyak di usia tuanya. Saat hujan turun, nenek Masarmah harus rela menunda tidur, lantaran kerap disibukan untuk menadah air hujan yang sesekali menimpa tempat tidurnya.

Suatu hari, Presiden Pertama Bung Karno pernah mengatakan, “Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin”. Dan Yayasan Urang Pandeglang Peduli (UPP) paham betul maknanya, karena itu, nenek Masarmah pun dilimpahi derma untuk menyambung hidup. Pengurus yayasan juga tak pernah sepi dari kerja melalui media sosial untuk menggalang bantuan bagi nenek Masarmah yang malang.

Bilik bambu rumah Masarmah. Di sini dia tinggal seorang diri dalam usia yang merambat senja. Foto: Andang S

Kepada Jayakartanews, Ketua Yayasan Peduli Sosial UPP Pandeglang, Iwan Fauzi didampingi salah satu anggota pengurusnya Farid Mulyana mengatakan, pihaknya bersama teman-teman yang tergabung di yayasan tengah mengumpulkan dana guna membantu kesulitan nenek Masarmah agar memiliki tempat tinggal yang layak huni. “Kami sudah melihat bagaimana kehidupan nenek Masarmah, dan kami sangat prihatin,” ujar Iwan Fauzi.

Segala bantuan yang dialirkan ke Masarmah, dan berhasil dihimpun melalui yayasan, akan sepenuhnya digunakan untuk mengangkat derajat kehidupan si nenek malang. “Hayu urang nulung kanu butuh nalang kanu susah,” imbuh Iwan. ***

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *