Connect with us

Kabar

Naftali Bennett, Penentang Solusi Dua Negara (Israel – Palestina) Akan Jadi PM Israel

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Naftali Bennett, calon kuat perdana menteri Israel, ini perlu disimak latar belakang dan visinya tentang Israel dalam perspektif hubungannya dengan Palestina. Dia adalah milyader atau pengusaha dari sektor teknologi informasi. Dia punya cita-cita menganeksasi sebagian besar Tepi Barat.

Bennet pernah menyatakan keberadaan negara Palestina sama dengan “bunuh-diri” buat Israel karena pertimbangan keamanan. Jadi dia sama sekali tidak setuju solusi dua negara di kawasan tersebut.

Perspektif keamanan memang vital untuk Israel, sebuah negara mungil berpenduduk 8 juta jiwa (termasuk 20% Arab-Israel) dan bisa anda kelilingi hanya dalam waktu 10 jam saja. Ditambah, sudah beberapa kali terjadi perang besar dengan tetangga-tetangga Arab-nya. Jadi isu ini menjadi isu sangat penting dalam setiap pemilihan umum di Israel.

Karena itu, meski Naftali menentang solusi dua negara, jika keamanan Israel dijamin, bisa saja sikapnya berubah. Karena pandangannya kelihatan bukan pada solusi dua negara tapi berfokus pada keamanan Israel.

Bennet (49 th), berayahkan imigran dari AS, merupakan satu generasi lebih muda daripada PM Benjamin Netanyahu, yang sampai saat ini jadi pemimpin Israel terlama. Mantan tentara komando, Bennet, menamakan putra tertuanya Yoni, kakak tertua Netanyahu, yang tewas ketika membebaskan sandera Israel di bandara Entebbe, Uganda, tahun 1976 lalu.

Bennet juga sudah beberapa kali memegang jabatan menteri dan pembantu senior pemerintahan Netanyahu antara tahun 2006 sampai 2008. Bahkan, sebagai wakil koalisi pemerintahan dari partai yang pro-pemukim Yahudi, dia sempat menjabat menteri pertahanan, kemudian pindah jadi menteri pendidikan dan ekonomi.

Bennet juga pernah jadi pemimpin Yesha, kelompok utama gerakan pemukiman Yahudi di Tepi Barat. Bahkan dia menjadikan isu aneksasi sebagian wilayah itu sebagai platform utama kebijakan politiknya. Yerusalem dan Tepi Barat, juga Dataran Tinggi Golan, Sinai dan Gaza, direbut Israel dalam Perang Enam-Hari tahun 1967 lalu. Namun Sinai sudah dikembalikan kepada Mesir dan Jalur Gaza kepada Otoritas Palestina, yang tahun 2007 lalu terusir oleh Hamas.

Sekarang ini, Bennet sedang mencoba membantun pemerintahan koalisi yang juga memasukkan partai-partai dari sayap kiri dan tengah, termasuk anggota parlemen Arab. Melihat ini semua, sudah jelas soal aneksasi Tepi Barat secara politis tidak mungkin dilakukan. Bennet hanya sempat menyebutkan kelompok kiri dan kanan akan mengambil sikap kompromi atas perbedaan ideologis ini.

Dia lahir di Haifa, putra imigran dari San Fransisco. Bennet dilukiskan sebagai orang Yahudi yang religius dan Ortodoks modern. Dia tinggal di pinggiran kota Tel Aviv, di Raanana, bersama isteri, Gilat, dan empat anak. Dia bekerja di sektor teknologi tinggi dan juga mengambil  jurusan hukum di Universitas Hebrew Yerusalem. Pada tahun 1999, dia mendirikan perusahaan star up dan pindah ke New York. Belakangan, dia menjual perusahaanya Cyota, yang memasarkan perangkat lunak anti-penipuan, kepada perusahaan keamanan RSA seharga 145 juta dollar ditahun 2005.

Tabun lalu, beberapa bulan akhir pemrintahan Donald Trump,pemerintahan Netanyahu mencoba mendorong upaya aneksasi Tepi Barat di wilayah pemukiman Yahudi. Bennett, kala itu menjabat Menteri pertahanan, mengatakan, “ Ini momentum yang harus diambil negara dan tidak boleh dihentikan.” Namun rencana itu dihentikan karena Israel memformalkan hubungan dengan Uni Emirat Arab. Para pengamat sependapat bahwa usaha seperti itu tidak akan bisa dilakukan pada masa pemerintahan Presiden AS Joe Biden.

Di sisi lain, pihak Palestina memandang, jika terpilih, Bennet akan menghancurkan harapan perundingan damai dan keberadaan negara Palestina. Padahal Biden, sejak jadi wakil presiden Barack Obama, selalu menyatakan mendukung solusi dua negara.

Pada Maret lalu, Bennet, setelah Israel mengadakan pemily keempat dalam dua tahun, pemimpin partai kanan-jauh Yamina, mengatakan pemilu ke-lima akan jadi kekacauan nasional. Setelah itu, dia menjalin komunikasi dengan blok tengah-kiri untuk membentuk pemerintahan.

Agenda dalam negeri Bennet berupa upaya meliberalisasi ekonomi dan melakukan deregulasi dan pengurangan pajak. Kendati dari kelompok kanan, Bennet lebih liberap berkaitan dengan isu LGBT dan hubungan agama dengan negara. Sementara sudah jadi pengetahuan umum rabi-rabi ortodoks punya pengaruh kuat. (Leo/Sumber informasi; reuters)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *