Connect with us

Kabar

KPAI : Vaksin Anak Baru 1 Dosis dan Kasus Omicron Meningkat, Gelar PTM 5 Hari dengan Kapasitas 100% Beresiko

Published

on

JAYAKARTA NEWS— Kemendikbud Ristek menyampaikan alasan diterbitkannya kebijakan baru terkait pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen di sekolah. Salah satu alasan Kemendikbud Ristek mengizinkan sekitar 59 persen sekolah mengelar PTM 100 persen karena pertimbangan situasi pandemi Covid-19 sudah mulai membaik di akhir tahun 2021 dan level PPKM juga menurun.

Beberapa daerah kemudian merespon dengan menggelar PTM 100 persen, misalnya DKI Jakarta. Jakarta menggelar PTM 100% mulai Senin, 3 Januari 2021 secara serentak di semua jenjang pendidikan mulai PAUD/TK sampai SMA/SMK/sederajat.

Namun, pada 4 Januari 2021, Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menerbitkan Instruksi Mendagri nomor 1 tahun 2022 tentang PPKM Level 3, 2 dan 1 di Jawa-Bali. Bahkan dalam Inmendagri itu, Jakarta dinyatakan sebagai wilayah PPKM level 2, artinya naik yang semula berada di PPKM level 1 dan kasus Omicron terbanyak berada di wilayah DKI Jakarta.

Temuan Hasil Pengawasan PTM 100%

Retno Listyarti, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan pengawasan PTM 100 persen di 3 (tiga) SD dan 1 (satu) SMP di DKI Jakarta. Secara umum 4 sekolah yang diawasi memiliki kesiapan yang cukup tinggi, termasuk capaian vaksinasi guru dan peserta didik. Untuk DKI Jakarta, vaksinasi anak usia 12-17 tahun yang tinggi, yaitu lebih dari 95% dan sudah 2 dosis. Sedangkan vaksinasi anak usia 6-11 tahun capaian juga cukup tinggi, hanya saja baru dosis 1.

Kesiapan PTM yang tinggi juga dilakukan mulai dari penyiapan infrastruktur Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), SOP, kerjasama dengan Puskesmas terdekat, bahkan ada pendamping dari para pengawas sekolah dan Kasatlak di masing-masing kecamatan dimana sekolah berada.

Sosialisasi kepada pendidik maupun kepada orangtua peserta didik juga dilakukan melalui zoom meeting sebelum PTM 100%, dan saat pengambilan hasil belajar semester ganjil di sekolah. Para orangtua peserta didik juga menyambut baik PTM, meskipun agak kaget ketika PTM nya 100 persen dan 5 hari dalam seminggu.

SOP kedatangan siswa juga disiapkan dan dilaksanakan dengan baik, mulai dari cek barcot peduli lindungi, ukur suhu badan, cuci tangan, memakai masker dan pengaturan menuju kelas. Antrian cuci tangan juga diatur agar tidak terjadi penumpukan. Namun, begitu memasuki kelas, maka ketentuan untuk jaga jarak 1 meter sulit diterapkan.

SOP kepulangan siswa juga disiapkan dengan baik, agar saat kepulangan tidak terjadi kerumunan, sehingga dibuat tiap kelas pulangnya di jeda waktunya sehingga tidak berbarengan, hal ini untuk menghindari penumpukan. Namun, dalam praktiknya, dari hasil pengawasan masih ada penumpukan, karena para orangtua siswa terlambat menjemput anak-anaknya. Akibatnya anak-anak yang menunggu dekat pintu gerbang menjadi menumpuk.

“Sekolah sudah berusaha maksimal, namun para orangtua yang terlambat menjemput menjadi kendala dalam menghindari penumpukan”, ujar Retno.

Saat berkeliling dari satu kelas ke kelas lainnya, terlihat para peserta didik sulit jaga jarak. Ukuran ruangan kelas yang kecil dengan peserta didik antara 32-40 orang membuat jaga jarak yang ideal antara satu siswa dengan siswa lainnya di masa pandemic menjadi sulit dilakukan. Padahal lamanya jam belajar ditambah, yang semula hanya 4 jam per hari menjadi 6 jam per hari. Itu berarti, puluhan anak lebih lama berada di dalam ruangan bersama gurunya dalam jumlah cukup banyak.

Pengawasan Vaksinasi Anak Usia 6-11 tahun

KPAI juga melakukan pengawasan pemberian vaksinasi anak usia 6 – 11 tahun pada sentra-sentra vaksin sekolah di Kota Bgor, Kota Bekasi, dan Jakarta. Dari hasil pengawasan vaksinasi anak usia 6-11 tahun yang baru dimulai pada 12 Desember 2021, terilihat antusiasme para orangtua maupun anak-anaknya untuk di vaksin. Bahkan, anak-anak tampak percaya diri dan tak takut disuntik.

Saat mewawancarai perwakilan orangtua maupun anak, terungkap bahwa alasan ingin di vaksin agar bisa berpergian ke mall ataupun tamasya keluar kota ketika sudah divaksin, namun lebih banyak yang mengungkapkan bahwa alasan ingin di vaksin adalah untuk bisa mengikuti PTM dengan aman. Bahkan untuk Jakarta, hanya sekitar 2-5 anak saja yang belum mendapatkan vaksin Covid-19 dosis pertama untuk usia 6-11 tahun pada sentra-sentra vaksin sekolah yang diawasi langsung.

Tenaga kesehatan yang bertugas, saat diwawancarai juga menyatakan bahwa antusias orangtua untuk mengijinkan anaknya di vaksin Covid-19 sangat menggembirakan, karena angkanya hampir 100%. Hal ini berbeda dengan program pemberian vaksin anak sekolah yang rutin diselenggarakan di sekolah, ijin orangtua umumnya berkisar 50% saja atau separuhnya.

Rekomendasi

  1. KPAI mendorong KemendikbudRistek, Kementerian Agama dan Dinas-dinas pendidikan di seluruh Indonesia untuk mempertimbangkan kembali menggelar PTM 100 persen , dengan kapasitas siswa di kelas 100 persen, dan masuk sekolah 100 persen atau 5 hari sekolah dengan 6 jam pelajaran per hari. Hal ini dengan mempertimbangkan meningkatnya kasus omicron di Indonesia dan masyarkat baru usai liburan natal dan tahun baru, setidaknya tunggulah minimal sampai 14 hari usai liburan akhir tahun;
  2. KPAI mendorong Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk melakukan percepatan dan pemerataan vaksinasi anak usia 6 -11 tahun di seluruh Indonesia, minimal mencapai 70%. Mengingat, vaksinasi anak usia 12-17 tahun saja yang sudah mulai Juli 2021 belum mencapai 70%, apalagi vaksinasi usia 6-11 tahun, Oleh karena itu, Pemerintah perlu kerja keras melakukan percepatan dan pemerataan vaksinasi nya;
  3. KPAI mendorong Dinas-dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama di seluruh Indonesia untuk menunda PTM bagi siswa TK dan SD sebelum peserta didiknya diberikan vaksinasi lengkap 2 dosis, hal ini demi menjamin pemenuhan hak hidup dan hak sehat bagi anak-anak Indonesia saat PTM di gelar.***/ebn
Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *