Connect with us

Entertainment

Kisah Hidup Aries Susanti Bintang Asian Games 2018 Difilmkan

Published

on

Atlet panjat tebing Aries Susanti–foto instagram ariessusanti

JAYAKARTA NEWS— Cabang olahraga  Panjat Tebing banyak orang yang belum tahu. Ketika dipertandingkan di Asian Games Jakarta-Palembang 2018, mendadak heboh. Seorang atlet wanitanya yang bernama Aries Siusanti Rahayu mengukir prestasi gemilang : menyabet 2 medali emas.

Seketika banyak orang meliirik prestasi Aries Susanti yang berusia 24 tahun ini. Siapakah dia ?

Produser dan sutradara Lola Amaria kemudian tertarik memfilmkan kisah hidup atlet panjang tebing ini. Ia lalu bekerjasama  dan mencari data ihwal Aries Susanti di Sekretariat Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Digandeng Sinar Ayu Massie yang menulis skenario dan penyutradaraan selain ditangani oleh Lola Amaria sendiri, juga dibantu sutradara Tika Pramesti.

“Saya lama meriset dan mengadakan survey ke rumah orang tua Aries Susanti (pasangan Sanjaya dan Maryati) di desa Grobogan, Purwodadi, Jawa Tengah. Dan banyak bertanya kepada teman-teman atlet dan pelatih Aries Susanti, pembina FPTI serta pelatih Pelatnas Panjat Tebing di Semarang. Dan menjelang syuting, saya mengajak atlet-atlet panjat tebing untuk main film yang saya beri judul ‘6,9 Detik’ . Jadi, boleh dikata sport film ini banyak dibintangi oleh atlet yang jadi artis film,” lontar Lola Amaria kepada penulis usai pemutaran film terbatas di Jakarta.

Semula, Lola Amaria mencari siapakah kira-kira artis film yang tepat jadi Aries Susanti. Hasilnya, tidak ada.

Lalu, pilihan dibalik : mencari aktor pengganti. Nihil.

“Daripada susah dan lama menemukannya, saya ambil keputusan, Aries Susanti sendiri yang berperan sebagai dirinya untuk bermain dalam film ‘6,9 Detik’ yang berdurasi 80 menit ini. Beruntung, Aries Susanti bersedia, meski harus diajarkan proses reading dan dasar-dasar seni peran,” ungkap Lola Amaria.

Awalnya, Aries Susanti mengaku kaget dan grogi. “Penghayatannya susah dan lama saya baru paham. Belum lagi, saya harus melalui tahap reading dulu. Pokoknya, selama syuting film, saya seperti orang gila. Berkali-kali harus menghafal dialog di skenario, dan berkali-kali pula saya ‘retake’ (pengulangan adegan),” kata Aries Susanti polos.

Beruntung, Lola Amaria maupun pemain lain seperti Ariyo Wahab dan Maryam Supraba acap membimbing dan membantunya di lokasi syuting. Hasilnya ?

“Ketika saya nonton adegan saya, saya malu dan kaget. Itu saya ya…hahaha…yah lumayanlah, dan ini sudah maksimal. Mbak Lola Amaria bilang, kamu sudah bisa memainkan diri kamu sendiri dan kamu sukses jadi bintang film. Atlet jadi artis film,” aku Aries Susanti tersipu.

Ayu (Aries Susanti Rahayu) sejak kecil suka memanjat pohon di depan rumahnya di Grobogan, Jawa Tengah. Sejak ibunya bekerja sebagai TKW di Arab Saudi, praktis Ayu tinggal bersama ayahnya dan bibinya.

Awalnya ia suka senam. Oleh guru sekolahnya, Ayu disarankan berlatih panjat tebing yang saat itu sedang populer di desanya. Oleh gurunya pula, Ayu didaftarkan ke Pelatnas Panjat Tebing di Semarang yang saat itu tengah gencar mencari atlet-atlet muda berprestasi.

Aries Susanti di ajang kompetisi panjang tebing Piala Dunia 2019—foto instagram ariessusanti

Jadilah Ayu selama beberapa bulan digembleng dan digojlog di Pelatnas. Ia langsung digembleng oleh seorang pelatih disiplin bernama Hendra (Ariyo Wahab) yang mengutamakan ‘real time’. Tak ayal beberapa kali Ayu melakukan kesalahan dan ia ditampar pipinya oleh Hendra. Latihan militer yang paling berat pun, dari pagi sampai sore, ia lakukan dengan disiplin, tekun dan harus menang.

Puncaknya, di Asian Games di Jakarta yang dibuka oleh Presiden Jokowi, Ayu meraih kemenangan dengan meraih 2 medali emas. Kemudian sekali lagi Ayu menunjukkan prestasinya di World Cup 2018 di Chongqing, China, lanjut di Rusia. Hingga kini,atlet panjat tebing dengan nilai tertinggi di tangan atlet China.

Jujur, ini sebuah biopic (biograhy picture) dari Aries Susanti yang berhasil. Tangan dingin Lola Amaria sukses dan berhasil mengangkat kisah hidup dan prestasinya, dari sebuah desa yang tandus dan anak pasangan yang sederhana, akhirnya berhasil mencapai cita-citanya. ‘Jangan takut dan harus menang’ adalah kiat hidup Aries Susanti.

Terus terang, di adegan ini, sangat mengharukan dan menggiring penonton ‘mrebes mili’ (meneteskan air mata). Lola Amaria sebagai sutradara juga perlu diberi nilai tambah, hampir semua dialog di film ini menggunakan bahasa Jawa (ada terjemahannya dalam bahasa Indonesia), ‘bahasa ibu’ Aries Susanti maupun kedua orang tua dan saudara-saudara Aries Susanti.

Penata kamera Sonny Seniawan harus kita akui, lihai menembakkan kameranya dan mencari celah artistik untuk membuat sebuah deretan gambar nan apik dan enak dilihat. Pengambilan gambar baik dari atas maupun dari bawah dari seorang Sonny Seniawan, pantas kita beri punten luar biasa.

Dan satu hal lagi, film ini mampu memberikan motivasi yang pas di atas gejolak bangkitnya anak muda dalam Revolusi Digital 4.0  yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi untuk menjadi sebuah bangsa yang besar, baik prestasi maupun ekonominya. Tabik dan salam. (ipik tanoyo)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *