Connect with us

Ekonomi & Bisnis

Go-Jek Masuk Klub Elite Startup Decacorn

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Setelah sempat diremahkan dan 10 tahun berjuang,  PT Aplikasi Karya Anak Bangsa yang lebih dikenal dengan aplikasi Go-Jek, kini muncul sebagai perusahaan dengan status decacorn. Ini adalah sebutan untuk startup yang memiliki nilai valuasi minimal US$ 10 miliar.

Sebelumnya berkat serangkaian aksi korporasinya, G-Jjek sudah menyandanh status unicorn. Status ini disematkan kepada startup yang memiliki valuasi minimal US$ 1 miliar.

Merujuk laporan lembaga riset internasional  CBInsights berjudul  The Global Unicorn Club, Gojek disebutkan pinya  valuasi US$10 miliar. Dengan demikian, perusahaan yang didirikan oleh  atau yang lebih dikenal dengan Go-Jek merupakan sebuah perusahaan teknologi asal Indonesia yang melayani angkutan melalui jasa ojek.

Perusahaan yang didirikan pada tahun 2010 di Jakarta oleh Nadiem Makarim bersama dengan Michaelangelo Moran dan  Kevin Aluwi itu, telah beroperasi setidaknya di 50 kota di Indonesia. Perusahaan ini juga sudah merambah ke Singapura dan Vietnam serta Filipina.

Untuk diketahui, decacorn adalah sebutan  untuk startup yang memiliki valuasi di atas US$10 miliar atau setara Rp 140 triliun. Sejaun ini menurut riset CBInsights, baru ada  19 startup decacorn di dunia. Amerika Serikat menyumbang paling banyak startup yang berhasil mencapai status Decacorn.

Capaian Go-Jek ke level decacorn ini selaras dengan prediksi yang pernah disampaikan oleh   Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Dia memperkirakan, pada tahun 2019 akan muncul startup Indonesia dengan status decacorn. 

Dalam rilisnya awal 2019,  Go-Jek menyatakan telah mendapatkan suntikan dana  segar dari Google, JD.com, Tencent, Mitsubishi Corporation dan  Provident Capital. Konon, perusahaan-perusahaan raksasa itu telah menggelontorkan totakl dana  US$920 juta.

Kucuran dana tersebut sebagai bagian dari pendanaan Seri F putaran pertama yang dilakukan oleh menejemen Go-Jek. Go-Jek menargetkan dapat meraih  dana sebesar US$2 miliar.

Menurut taksiran  Techcrunch, saat putaran pendanaan closing, valuasi Go-Jek teleh menyentuh angka  US$9,5 miliar.

Bisnis  Go-Jek antara lain  berupa layanan transportasi, pengiriman makanan, dan  pembayaran yang melibatkan banyak transaksi keuangan.  Go-Pay sekarang dapat dikatakan sebagai “super” di kelasnya di Indonesia.

Masuknya Go-Jek dalam pasar keuangan melalui transaksi yang mengandalkan teknologi finansial (fintech) tampaknya akan semakin bersimajarela dengan aksi korposrasi mengakuisi fintech di kawasan Negara-negara Asean.

Di Vietnam, melalui layanan Go-Viet, Go-Jek menawarkan layanan makanan serta transportasi motor. Sementara itu di Thailand yang menawarkan layanan sepeda motor, Go-Jek memilih layanan mobil di Singapura.

Kawasan Asia  Tenggara kini memiliki  dua startup decacorn, Go-Jek di Indonesia dan Grab di Singapura.  CBInsights menyebutkan, nilai  valuasi Grab tembus di angka US$11 miliar.

Investor Gojek di antaranya,  Openspace Ventures, Capikris Foundation,  DST Global,  Sequoia Capital India, Rakuten, Openspace Ventures,  Northstar Group, Farallon Capital Management, Kohlberg Kravis Roberts, & Co, Warburg Pincus serta  Formation Group. Selain itu, “cukong” yang mendorong sukses Go-Jek adalah   Via ID, Tencent Holdings, Temasek Holdings, Astra International, Meituan-Dianping, dan JD.com, serta Google dan Blibli.**

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *