Connect with us

Entertainment

Nanang Hape, dari Dalang sampai jadi Juri Mukbang

Published

on

JAYAKARTA NEWS – Biar anak dalang dan akhirnya jadi dalang, toh Nanang Hape terus bereksperimen.

Dalang yang berambut panjang ini (kini rambutnya diikat) enggak betah mendalang dengan lakon yang itu-itu saja, cerita carangan dari Mahabharata atau dari Wayang Purwa. Ia mencipta Wayang Urban dengan cerita kekinian dengan bumbu satire komikal peristiwa yang terjadi di negara kita di era mutakhir.

“Wayang utamanya menjadi tontonan alternatif. Makanya saya kolaborasikan dengan musik cadas yang hingar bingar. Lain waktu, saya gabungkan dengan pergelaran musik jazz yang dimainkan Luluk Puwanto dari Indonesia yang mukim di Belanda,” lontar Nanang Hape ketika menjadi juri dalam Festival Musik Kebangsaan (Mukbang) antar pelajar SMA yang dihelat oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail (PPHUI), Jakarta, Jumat (15/7).

Nanang Hape bersama Anissa Putri Ayudya  (aktris) dan Rahmad Suhendro dari BNPT menilai 10 finalis yang masuk Mukbang. “Wayang itu sarat makna. Karena itu, agar generasi muda dan kaum milenial menyukai seni wayang, saya mendalang memakai bahasa Indonesia. Apakah saya menodai wayang? Terserah penilaian orang. Toh saya tetap menyuguhkan cerita tradisi dan enggak melanggar pakem (meski ada juga cerita carangan atau sempalannya),” papar Nanang kelahiran Ponorogo ini.

Nanang Hape (kiri) dan Putri Ayudya (kanan) sebagai juri Mukbang (foto Irish)

Selain itu, Nanang memang tampil eksentrik. Dia enggak mengenakan beskap dan sarungan. “Saya terbiasa mendalang berpakaian casual, santai. Enggak yang terlalu formal. Ini cara dan kiat saya agar generasi muda kita makin suka dan kenal wayang,” beber Nanang Hape lagi.

Toh dikatakannya, eksperimen atau terobosan baru dalam disiplin seni sah-sah saja dicuatkan, sepanjang enggak merusak tradisi. Lalu, bagaimana pendapat Anda tentang Mukbang dimana Anda diminta jadi juri untuk pertama kali?

 “Saya gembira melihat pelajar SMA bermusik dan bernyanyi. Ini kegiatan positif.  Wajar saja jika dalam penampilan pertamanya, ada yang suaranya fals dan pecah. Atau vokalis ceweknya malu-malu kucing. Enggak apa. Biarin aja. Yang penting keberanian mereka perlu didukung. Daripada berantem atau ngeceng enggak karuan, ini ide berseni yang baik, bereksperimen dan kaya akan gagasan. Semoga ide ini bisa berlanjut di tahun depan. Siapa tahu, dari Mukbang lahir penyanyi solois, duo dan band-band pelajar yang tangguh dan berkebangsaan luas,” pungkas Nanang Hape yang juga kurator seni ini  optimistis. Mainkan terus, pak! (pik)

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *