Kabar
APSI: “Galon Sekali Pakai Tidak Menimbulkan Tumpukan Sampah Plastik“
JAYAKARTA NEWS – Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia (APSI) sedang geram. Hal itu tercermin dari Thread Trending Topic Twitter dari akun twitter @asosiasiapsi (https://twitter.com/asosiasiapsi ) dengan hastag #janganmenggiringopini pada Senin Pagi (30/11) , dimana cuitan pertama berbunyi, “Menyesatkan!, tidak benar bahwa galon sekali pakai Le Minerale menumpuk sampah! APSI angkat bicara mengenai adanya penggiringan opini dan pembelokan fakta tentang galon sekali pakai. Menurut kami APSI (Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia) menyatakan tidak benar atau bertentangan dengan fakta yang terjadi di lapangan. “Galon plastik sekali pakai tergolong dalam jenis plastik PET (Polyethylene Terephthalate ) dengan kode plastik daur ulang No.1 . Artinya sampah plastik tersebut tergolong mudah didaur ulang dan dapat digunakan kembali.
Rupanya sumber kegeraman APSI ini tak lain disebabkan cuitan akun netizen dan beberapa akun, yang seolah–olah mewakili atau mengatasnamakan LSM lingkungan dan himbauan dari influencer. Menurut APSI, cuitan dan berita – berita tersebut sangat menyesatkan. Tidak berdasar. Sebab kalau menyangkut sampah, utamanya sampah plastik, maka pihak APSI dan Para Pengelola Daur Ulang yang lebih tahu kondisi real di lapangan. Pihak APSI menangkap ada upaya ingin mendiskreditkan salah satu merk produk AMDK tertentu dengan mengatasnamakan LSM lingkungan dan Influencer.
“Menyikapi cuitan dan pemberitaan yang telah mencampur adukan antara fakta yang benar dan yang dibelokan. Sebaiknya sebagai LSM/perorangan yang mengakui penggiat lingkungan hidup sebagai garda terdepan masyarakat, dapat memberikan informasi yang kredibel bukan menggiring opini yang menyesatkan masyarakat.”
Demi meluruskan cuitan dan pemberitaan sebelumnya yang cenderung menyesatkan, APSI melalui akun twitternya memberikan kultwit. Intinya, pihak APSI ingin menjelaskan fakta yang terjadi, jangan sampai masyarakat tidak mengetahui kondisi yang benar di lapangan.
“Cuitan dan pemberitaan yang menggiring opini & membelokan fakta dapat merugikan seluruh pihak yang mendukung sirkular ekonomi yang digaungkan oleh KLH (Kementrian Lingkungan Hidup). Kami Anggota APSI sebagai pengusaha yang turut menjaga lingkungan dengan cara mendaur ulang sampah plastik juga merasa dirugikan akibat berita yang faktanya dibelokan.”
Menurut Saut Marpaung dari Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia, melihat adanya kecenderungan pemutarbalikkan fakta di lapangan, dengan tegas mengatakan galon plastik sekali pakai sangat membantu ekonomi rakyat kecil.
“Lebih bagus (galon) sekali pakai untuk mendukung pendapatan pemulung dan pengepul sampah,” tutur Saut, saat dihubungi baru–baru ini.
Masih menurut Saut, memandang persoalan sampah, itu harus secara holistik. Secara luas. Tidak bisa hanya sebagian-sebagian atau secara parsial. Jadi, di dalam stakeholder persampahan, terdiri dari beberapa pihak. Ada pemerintah pusat, propinsi. Ada juga penghasil sampah. Yaitu masyarakat keseluruhan. Kemudian ada lagi stakeholder seperti pengusaha sampah. Mata rantai industri.
“Kita ini bagian dari stakeholder yang bekerja untuk memilah dan memproses sampah supaya tidak mencemari lingkungan. Kemudian ada stakeholder lainnya. LSM lingkungan, seperti Green Peace, misalnya, Itu juga bagian dari stakeholder persampahan,” papar Saut.
“Saya tidak mewakili stakeholder lain. Saya Ketua Asosiasi Pengusaha Sampah Indonesia, dalam hal ini, saya melihatnya lebih global, Indonesia ini negara berkembang, masih tingginya tingkat pengangguran. Kemudian kalau kita lihat sudah banyak wira usaha mikro usaha yang sudah lama untuk mengumpulkan sampah,” tutur Saut memaparkan kenyataan di lapangan.
Tapi persoalan yang sangat mendesak di depan mata adalah masalah kemiskinan. Masyarakat yang butuh kerja, butuh makan hari ini juga. Mau dengan cara apa mencari makan?
“Indonesia, kita ini, negara berkembang. Tingkat UMR (upah inimum regional-red) masih rendah. Di Indonesia, sulit cari kerja. Pekerjaan yang paling gampang adalah memungut sampah bernilai. Terpaksa masyarakat harus mencari kerja. Demi perut. Lihat di TPA Bantar Gebang ada 6000 pemulung yang mencari sampah untuk menghidupi anak dan istri,” ungkap Saut.
“Kalau dari perspektif pengusaha sampah. Kita punya pengepul dan pemulung. Ada rantai di hulu, di garda depan pengumpulan, ada juga bank sampah, tapi hanya 2 persen. Saya mewakili pengepul dan pemulung, pekerjaan ini sudah ada sejak lama dan jumlahnya makin banyak. Bagi kami semakin banyak sampah plastik yang bernilai makin bagus. Semakin banyak volume, makin banyak nilainya. Juga ditentukan oleh harga jual. Semakin tinggi harga jual, semakin tinggi omsetnya. Kalau kita bicara olah sampah secara holistik, pihak pengumpul sampah ini wajib didengarkan. Dari pada stakeholder nasional. Kalau galon isi ulang, nanti kalau sudah rusak, baru jadi sampah. Galon isu ulang tidak pernah dapatkan. Mereka sudah ngatur sendiri, beda galon sekali pakai, setelah habis jadi sampah, maka akan menaikan volume ekonomi, yang penting sampahnya bernilai,” papar Saut.
Sementara, pakar Kimia ITB, Profesor Ir Ahmad Zainal Abidin MSc, PHd sudah sejak setahun lalu melalui berbagai seminar mengatakan bahwa salah satu jenis plastik yang aman dan dapat didaur ulang kembali adalah PET (Polyethylene Terephthalate). Jenis plastik yang sering digunakan sebagai wadah makanan. Air minum kemasan PET adalah minuman yang paling praktis dan terjaga higienisnya. (*/tg)