Kabar
Aksi Gemayomi Jaga Pancasila dan NKRI
KIDUNG syukur penuh harap, mengiringi peringatan hari lahir ideology negeri, Pancasila tanggal 1 Juni. Gemanya menyeruak ke seluruh penjuru negeri, tak terkecuali di kota Yogyakarta. Kelompok yang menamakan diri Gemayomi (Gerakan Masyarakat Yogyakarta Anti Intoleran) menggelar acara peringatan hari lahir Pancasila di dStadion Mandala Krida Yogyakarta.
Gemayomi sendiri terdiri atas puluhan organisasi masyarakat, organisasi kemahasiswaan dan organisasi keagamaan. Momentum peringatan Pancasila ditandai dengan Deklarasi Menjaga Panacsila dan NKRI.
Gemayomi lahir atas keprihatinan masyarakat atas menyeruaknya isu SARA serta banyaknya kasus penganiayaan terhadap tokoh agama serta indikasi adu domba yang bisa memecah kerukunan umat beragama di Tanah Air. Wadah ini dimotori Prof Mukhtasar Syamsudin sebagai Ketua Umum dan Giharu Si Perempuan Gunung sebagai Sekjen untuk menggandeng segala elemen masyarakat yang peduli akan Keutuhan Bangsa, khususnya di Yogyakarta.
Gayung bersambut, Gemayomi mendapat apresiasi berbagai elemen masyarakat yang akan tetap menjaga Yogya tetap Istimewa yang aman tentram serta menjunjung tinggi kebinekaan dalam kerukunan masyarakat.
Sebagai langkah awal, Gemayomi bertemu dengan Buya Syafii Maarif pada tanggal 17 Februari 2018, untuk meminta dukungan serta mengapresiasi sikap Buya Maarif sebagai sesepuh Muhammadiyah yang turut mengutuk serta menyesalkan terjadinya aksi intoleran pada kelompok minoritas. Kemudian berlanjut dengan gerakan aksi melawan demo anarkisme, serta gelar aksi siap menjadi benteng NKRI.
Gerakan ini murni independen. Keberpihakan organisasi ini anya berpihak pada UUD 45, Pancasila, dan NKRI. Semua anggota dari elemen dan ormas sangat menghargai perbedaan. Dari perbedaan merekalah Gemayomi menjadi kelompok gerakan yang istrimewa.
Ketika Jayakarta News mencoba menanyakan hal iwal pendanaan kegiatan, langsung dijawab oleh Giharu Si Perempuan Gunung, “Pendanaan pergerakan kami ini bersifat gotong royong, dari kita untuk kita. Karena ini adalah perjuangan, kepedulian. Siapa pun boleh bergabung dan berkonstribusi, Semua terbuka dan demokratis, seperti sekarang ini aksi Deklarasi Menjaga Pancasila dengan berbuka puasa, semua makanan takjil sekitar 2-000-an adalah sumbangan.”
Dikisahkan, awalnya peringatan Harlah Pancasila sedia digelar di Titik Nol, tetapi tidak mendapatkan izin dari Polda DI Yogyakarta, dengan alasan di tempat yang sama, tepatnya di Monumen Serangan Umm 1 Maret, akan digelar pentas wayang kulit Panasila. Akhirnya Gemayomi mengadakan acara itu di parkir barat stadion Mandala Krida.
Acara itu dihadiri tak kurang dari 2.000 massa berbagai elemen. Selain berbuka puasa bersama, acara diisi berbagai atraksi kesenenian, barongsai, tari Dayak Kalimantan juga sholawatan dari kelompok pesantren. Dari para pembicara orasi kebangsaan, bisa dilansir bahwa semua berisi tentang menghormati perbedaan, dengan menjaga nilai luhur Pancasila serta tekad menjaga keutuhan NKRI. ***
Sebagian foto-foto kegiatan Gemayomi “Jogja Benteng Pancasila”, di area parkir barat Stadion Mandala Krida, Yogyakarta. Foto: Gde Mahesa