Feature
Mereguk Malioboro, Menanti Purnama
Malioboro basah di dinihari
Hilang pikuk, lengang melenggang
Aku duduk menepi
Menanti purnama datang
Masyarakat Yogya, umumnya percaya, garis sakral itu adalah penyeimbang sekaligus denyut nadi. Sebagai ilustrasi, dalam sejarah berkali-kali gunung Merapi,meletus, tidak pernah sekalipun menyemburkan abu vulkanik ke arah selatan. Merapi seolah tak mau mengotori jalur Malioboro hingga keraton. Kisah-kisah ajaib itu melegenda hingga hari ini.
Sayang, masih banyak wisatawan yang tidak maksimal mereguk indahnya Malioboro dengan wajahnya yang baru. Percayalah, Malioboro kini, jauh lebih cantik kalau dinikmati dinihari menjelang pagi. Pergilah ke sana di atas pukul 01.00. Anda akan mendapati Malioboro yang tenang, dan trotoar yang kesepian.
Nikmatilah suasana Malioboro dalam keheningan. Siapa pun diri Anda, jaminannya adalah, akan jadi sastrawan seketika. Jiwa itu akan luruh bersama aura spiritual yang bekerja di larutnya malam. Duduk dan tengadahkan wajah ke langit. Nantikan purnama datang. Dan Yogya pun akan menjadi kekasih yang selalu dirindu. ***