Kabar

Erupsi Dahsyat 64 Ha Lereng Baratdaya Anak Gunung Krakatau Longsor

Published

on

Erupsi Gunung Anak Krakatau yang terpantau dari pesawat Grand Caravan Susi Air pada 23/12/2018. Gunung Anak Krakatau erupsi sejak Juni 2018 hingga sekarang. Erupsi kemarin bukan yang terbesar. Periode Oktober-November 2018 terjadi erupsi lebih besar. Status Waspada (level 2)–foto sutopo twitter

Meskipun disebutkan bahwa erupsi Gunung Anak Krakatau beberapa hari lalu bukan lah yang terbesar namun dampaknya sungguh luar biasa. Erupsi dahsyat itu telah memicu tsunami yang menyebabkan ratusan orang meninggal dan seribu lebih luka-luka, dan kerusakan berbagai bangunan dan sekitarnya.

“Erupsi kemarin bukan yang terbesar. Periode Oktober-November 2018 terjadi erupsi lebih besar. Status Waspada (lever 2),” ungkap Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.

Dalam siaran pers bersama sejumlah lembaga yakni Kemnko Maritim, BMKG, BIG,BPPT, LIPI dan Badan Geologi ESDM disebutkan bahwa bencana di Selat Sunda merupaka bencana multievent yang diakibatkan oleh gelombang tinggi,tsunami, erupsi gunung api dan longsor tebing kawah Gunung Anak Krakatau yang memicu tsunami.

BMKG memperoleh data tide-gauge pasa 22 Desember 2018 sekitar pukul 22.00 WIB, 4 tide gauge di Selatn Sunda mencatat adanya anomali permukaan air laut yang diyakini sebagai tsunami. Tsunami yang terjadi tersebut bukan lah disebabkan oleh gempa bumi tektonik, namun akibat longsoran di lereng Gunung Anak Krakatau akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Disebutkan juga, kejadian longsor lereng Gung Anak Krakatau tercatat di sensor seismograph BMKG di Cigeulis Pandeglang pada 21.03 WIB, juga beberapa sendor di Lampung, Banten , Jawa Barat. Hasil analisa rekam seismik dari longsoran lereng Gunung Anak Krakatau setelah dianalisa oleh BMKG setara dengan kekuatan MLv=3.4 dengan episenter di Gunung Anak Krakatau.

Faktor penyebab lepasnya material di lereng anak Krakatau dalam jumlah banyak adalah tremor aktivitas vulkanik dan curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut. Beberapa bukti yang mendukung telah terjadi longsoran di lereng Gunung Anak Krakatau sebagai akibat dari erupsi gunung tersebut di antaranya deformasi Gunung Anak Krakatau berdasarkan perbandingan citra satelit sebelum dan sesudah tsunami yang memperlihatkan 64 hektar lereng baratdaya Gunung Anak Krakatau runtuh, curah hujan tinggi pada periode waktu yang berdekatan dengan tsunami. Selain itu, model inversi 4 tide-gauge yang memperlihatkan bahwa sumber energi berasal dari Selatan Anak Krakatau.***/ebn

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version