Kabar

YPI dan CRS Bentuk Kelompok Siaga Bencana di 5 Desa Kecamatan Kulawi

Published

on

Jayakarta News – Yayasan Pusaka Indonesia (YPI) bekerjasama dengan CRS telah melaksanakan program pengembangan pemulihan pasca bencana Sulawesi Tengah. Salah satunya pembentukan kelompok siaga bencana di lima desa. Desa Mataue, Desa Lonca, Desa Toro, Desa Marena dan Desa Poleroa Makuhi, di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi.

Selaku Koordinator Program YPI, Marjoko mengatakan sejumlah kegiatan telah dilakukan meliputi analisis kawasan, pelatihan tentang manajemen bencana desa, mendampingi masyarakat untuk menggambarkan kawasan desa tentang ancaman serta pengurangan risiko bencana yang ada di desa, untuk melakukan penguatan kepada keluarga tentang upaya penyelamatan dini yang harus dilakukan pada tingkat keluarga dan mendukung rencana aksi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana. Dan program ini sudah belangsung sejak Mei 2019 – Februari 2020.

“Jadi mereka masyarakat desa itu kita ajarkan bagaimana untuk mengurangi dampak andai kata bencana itu terjadi, yaitu dari sisi kehidupan dan sisi penghidupannya. Supaya bagaimana mereka menyelamatkan diri, lalu bagaimana mereka mengurangi resiko bencana. Jika terjadi bencana apa yang harus dilakukan itu lah yang kita ajarkan,” ujar Marjoko melalui handphone celularnya, Senin (10/1).

Sebagai tuntutan aksinya adalah kita ajak masyarakat menanam pohon di tempat-tempat yang memiliki ancaman gempa, dan pohon yang ditanam pun memiliki nilai ekonomi seperti durian, manggis, dan lainnya, sehingga masyarakat tidak perlu menebang pohon lagi karena setiap tahun sudah mendapatkan nilai ekonomi, dan itulah yang dinamakan ekonomi konservasi.

Selain itu fasilitas dan penguatan kapasitas juga diberikan kepada Kelompok Siaga Bencana di desa tersebut, yang nantinya akan menjadi penggerak untuk kesiapsiagaan di setiap desa, di bawah pengarahan dan pengawasan desa tentunya.

Bagian dari masyarakat Kelompok Siaga Bencana. (Foto. Ist)

Selain itu, lanjut Marjoko, YPI dan CRS telah membuat pemetaan potensi dan sumber daya manusia serta daerah kerawanannya. Tim Kelompok Siaga Bencana yang telah dilatih dan dibekali kemampuan ilmu kebencanaan.

“Untuk menjamin keberlanjutan program pengurangan risiko bencana ini, YPI dan CRS telah mendorong pemerintah desa agar semua rencana aksi yang telah dihasilkan oleh masyarakat dapat dijadikan bagian dari program pengembangan yang akan ditanggungjawabi oleh pemerintah desa dengan program-program pemberdayaan masyarakat yang bersumber dari dana desa yang tersedia setiap tahunnya,” kata Marjoko

Marjoko menambahkan, kerja sama berbagai pihak merupakan salah satu faktor penting dalam percepatan pemulihan pascabencana. Dan Marjoko menilai mitigasi bencana juga perlu disebarluaskan secara masif, bahkan hingga tingkat desa dengan beragam cara dan strategi untuk mengurangi dampak bencana di kemudian hari.

“Bencana itukan keniscayaan alam tapi ketika bencana datang apa yang bisa kita lakukan, yaitu nanti dampaknya tidak langsung besar itu lah upaya pengurangan, jadi pengurangan resiko itu yang diberikan kepada masyarakat” jelas Marjoko.

Harapnya dengan adanya kelompok siaga bencana desa, kelompok ini mampu untuk mengarahkan masyarakat untuk menyelamat diri dan mendorong masyarakat agar mampu melakukan pengurangan risiko bencana. (Monang Sitohang)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version