Feature

Warga Berharap Bantuan, bukan Sekadar Tur para Politisi

Published

on

LALU  Fauzan mondar-mandir di atas tumpukan puing-puing yang menjulang tinggi yang dulunya adalah masjid di desanya, ia mencoba mendengarkan suara-suara sayup dari tompukan bangunan yang roboh rata tanah itu.

Lalu Fauzan mengatakan, tim penyelamat mendengar seseorang meminta bantuan. Dia percaya itu bisa menjadi ibunya.

Hingga ditemukan sebanyak 105 orang tewas dalam gempa di Lombok, pihak berwenang mengatakan, memperkirakan jumlah korban tewas kemungkinan masih akan meningkat. Ya, salah satu warga yang belum ditemukan adalah ibunya Lalu Fauzan. Dia berharap, ibunya tidak masuk dalam daftar korban tewas. Dia mencari ibunya, kareka ketika gedung dua lantai itu runtuh, ibunya ada di dalam rumah ibadah tersebut.

“Sehari setelah gempa, tim pencari dan penyelamat ada di sini dan mereka mengatakan seseorang di dalam meminta bantuan,” katanya.

“[Itu] suara seorang wanita yang meminta bantuan. Itu mungkin bisa jadi ibuku.”

Lalu Fauzan

Hari ini, ada keheningan.

Sekitar selusin pasang sandal karet terbengkalai di dasar tangga batu yang pecah.

Hingga 100 orang berada di dalam  Masjid Jamiul Jamaah di Dusun Karangtangsor, Pemenang Barat, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), untuk pembacaan Al-Quran ketika gempa bumi melanda.

Ketika bangunan runtuh, sebagian besar jemaah berhasil melarikan diri. Tetapi tidak semua orang bisa keluar.

Hari ini, beberapa penduduk lokal dengan sepeda motor berhenti dan mengambil foto di kamera mereka, tetapi tidak ada tanda-tanda operasi pemulihan.

“Saya sangat kecewa bahwa Pemerintah belum datang ke sini untuk membersihkan puing-puing masjid. Kami adalah keluarga dan kami sangat khawatir karena mungkin  orang-orang masih hidup di sana,” kata Lalu Fauzan.

“Tolong, Pemerintah datang ke sini dan mengangkat semua puing-puing.”

 

Berharap Keajaiban

Beberapa kilometer di jalan, di desa Lading Lading, masjid lain juga menjadi onggokan reruntuhan, akibat disapu oleh kekuatan gempa.

Tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti berapa banyak orang yang ada di dalam, tetapi penduduk setempat mengatakan biasanya jemaah  mencapai 50-an orang.

Puluhan penyelamat sekarang berusaha untuk mengeluarkan berton-ton beton, mengharapkan keajaiban.

Pagi itu,  di masjid  tersebut belum terlihat  ada upaya pencarian dan penyelamatan, meskipun puluhan orang diperkirakan berada di bawah reruntuhan masjid tersebut.

Ekskavator, satu-satunya yang terlihat di seluruh area, menganggur. Penduduk desa kurang memperhatikan masjid. Mereka lebih peduli dengan menyiapkan makanan untuk anak-anak mereka dan diri mereka sendiri.

Menjelang siang, operasi penyelamatan telah dilanjutkan. Tim pencari mengharapkan keajaiban lain, setelah seorang pria ditemukan hidup di bawah masjid kemarin.

Di sebuah lapangan di dekatnya, seirang ibu bernama Bu Supriyono, sedang menyiapkan makanan mi instan setelah menghabiskan malam kedua di bawah tenda darurat yang terbuat dari lembaran plastik.

“Anda lihat mie dan air ini? Ini berasal dari tetangga kita,” katanya.

Dia juga memohon bantuan dari Pemerintah untuk makanan dan pakaian.

“Saya ingin pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan institusi terkait untuk datang ke lapangan dan melihat bagaimana kondisinya di sini,” katanya.

“Kami berharap bahwa Pemerintah akan membantu.”

 

Lapar, haus dan tidak sabar

Di perbukitan, ribuan orang masih berkemah di tempat penampungan sementara.

Beberapa di antaranya merawat luka ringan, mengasuh  anak-anak dan menunggu bantuan.

Mereka telah menerima makanan dari pihak berwenang, tetapi panas dan mereka kehabisan air.

Di jalan utama  provinsi, pejabat pemerintah  membagikan makanan.

Lapar dan tidak sabar, menyebabkan beberapa orang mulai bertengkar.

Akhirnya para pejabat mendamaikan dan mendapatkan kembali kendali. Penduduk setempat pun membentuk antrean yang teratur.

Tidak ada kekurangan konvoi yang dikawal polisi, karena menteri dan pejabat pemerintah melakukan peninjauan ke lokasi bencana yang mengalami kerusakan.

Untuk sebagian besar hari, ada lebih banyak bukti dari tur para politisi daripada bantuan yang berarti.***

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version