Feature
Suradi Bilang… Lunpia “Delig”
Lunpia di Tengah Prahara Cinta (1)
Kembali ke lunpia. Percayalah… setelah taksi sampai di pusat oleh-oleh Lunpia Delight di Jl. Gajahmada 107, barulah paham maksud Suradi yang nyerocos mengisahkan “drama” di balik lunpia paling top di Semarang itu. Betapa tidak, sepanjang kisah digulirkan, belasan… mungkin puluhan kali Suradi mengucap kata Lunpia “Delig”… rupanya yang dimaksud adalah Lunpia “Delight”.
Kata Suradi, Lunpia ini paling enak, paling laris, paling besar dan banyak “paling” lainnya. Dari banyak cerita, yang menarik barangkali soal kisah “prahara cinta” di balik sukses Cik Me Me, pemilik yang juga pewaris kelima resep Lunpia Delight yang kesohor. Bagian yang menarik, kita simpan dulu.
Resep lunpia Semarang kemudian diwariskan ke anaknya, Siem Gwang Sing sebagai generasi kedua tahun 1930. Nah, di generasi ketiga, resep itu turun ke empat keturunannya, Siem Swie Hie dengan merek Lunpia Pemuda dan Siem Swie Kiem dengan merek Lunpia Gang Lombok. Kemudian Tan Hok Twan (tanpa merek) dan Siem Hwa Nio (Lunpia Mataram). Itu terjadi tahun 1960.
Tahun 1980 turun ke Tan Yok Tjay, meski secara urutan ia di baris keempat, tetapi sejatinya ia mewarisi garis generasi kedua. Nah, dari Tan Yok Tjay kemudian turun ke putrinya, Cik Me Me. Meski secara urutan jatuh di lapis kelima, tetapi ia tercatat sebagai generasi ketiga. Di tangan Cik Me Me (2014), merek yang dipakai lebih modern, Lunpia Delight…. atau Lunpia “Delig”, kata Suradi.
Memang, Lunpia Delight bukan satu-satunya garis keturunan “maha resep lunpia” Tjoa Thay Joe. Sebab, dari turun-temurun, resep itu kemudian mewujud dalam berbagai merek. Sekalipun begitu, masih bisa dihitung dengan jari setangan. Catat saja: Warisan resep lunpia asli itu kini ada di merek-merek: Lunpia Gang Lombok, Lunpia Mbak Lien, Lunpia Mataram, dan Lunpia Delight. Di luar keempat merek itu, bukan resep asli Tjoa Thay Joe yang super enak itu. (Bersambung)