Feature
Rabu Legi, Hari Penentuan Rivalitas Berdemokrasi Si Kurus vs Si Strongman
JAYAKARTA NEWS – Cobalah tengok kalender di rumah Anda. Apabila Anda memiliki model kalender “Jadul”, selain kalender Masehi, lazimnya juga ada penanggalan Hijriyah dan hari “Pasaran” menurut kalender Jawa.
Rabu 17 April 2019, dalam kalender Jawa bertepatan dengan hari pasaran Pahing dan wukunya jatuh pada Wayang. Bagi yang mengerti dan meyakini hitungan seperti itu, semua itu memiliki makna dan konsekuensi. Untuk membaca hal-hal seperti ini, perlu menggunakan pendekatan metafisika. Bisa juga menggunakan pendekatan astronomi.
Terlepas dari itu semua, yang pasti besok pagi mulai pukul 07.00 sekitar 193 juta warga Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislative, dipersilahkan untuk berbondong-bondong datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Masa kampanye sudah usai, masa tenang tinggal beberapa jam lagi. Besok, saatnya lah masyarakat menentukan pilihannya.
Apakah akan memilih sosok calon presiden yang kuat (the strongman) dengan kekayaan di atas Rp 1 triliun, atau calon berperawakan kurus dengan kekayaan hanya di kisarsan Rp 50 miliaran saja. Apa pilihan mayoritas warga nanti, akan menentukan bagaimana Indonesia pada 5 (lima) tahun kedepan. Siapa pun yang dipilih, akan menjadi dasar untuk membentuk Indonesia menjadi lima besar kekuatan ekonomi dunia pada 2045 mendatang.
Pilihan mereka pada hari Rabu esok, akan menentukan apakah Indonesia akan memiliki presiden dari kalangan biasa-biasa saja yang telah memimpin dengan menggerakkan pembangunan infrastruktur dan kemaritiman, atau seorang yang kharismatik yang tumbuh dari kalangan elite namun pernah menjadi bagian kepemimpinan militer era Soeharto.
Dalam langkah terakhir usai kampanye, calon petahana Joko Widodo, memilih ke Arab Saudi untuk menemui Raja Salman dan melakukan umrah.
Pesan yang dikandung dalam perjalanan Joko Widodo ke tempat kelahiran Islam itu jelas, setelah sebelumnya kelompok-kelompok yang menantangnya mencoba untuk mendiskreditkannya bahwa Jokowi sebagai tidak cukup Islami.***