Kuliner
“Mendadak Kelor” di Bantul
Sudah setahun terakhir, warung bobor kelor dan sambal jenggot di tepi sawah Kasongan itu jadi trending topic pemburu kuliner. Untuk bisa menikmatinya, pengunjung harus rela menunggu hingga satu jam. Warung bobor kelor kedua pun muncul dengan brand sama: Warung Bobor Kelor. Kedua warung itu memang sangat sederhana, bahkan cenderung kurang higienis.
Melihat kondisi itu, Rakhmat Supriyono hadir dengan konsep menyempurnakan. Brand yang ia usung sedikit berbeda, yakni Bubur Kelor, dengan sajian bobor kelor dan sayur bening kelor. “Dengan modal patungan bersama teman, Warung Bubur Kelor kami buka tanggal 22 Maret yang lalu. Malam sebelum peresmian, kami mengundang warga sekitar, termasuk RT dan kiai untuk memimpin doa,” ujar Rakhmat.
Hari keempat, Rakhmat mengundang 50 santri untuk mujadahan, pagi hingga siang, dengan sajian makanan bubur kelor. Usai pengajian, warung dibuka untuk umum sampai pukul 15.00. “Selama empat hari warung terlihat ramai. Hari kelima, hari Senin, kami tutup untuk mengevaluasi dan menyempurnakan. Hari-hari selanjutnya pengunjung cenderung meningkat. Setiap hari kami evaluasi, mulai dari rasa sampai penyajian. Pengunjung juga kami mintai komentar dan masukan,” ujar Rakhmat didampingi Anis Anandi, istrinya.
Fenomena kelor memang hanya di Bantul. Tidak ditemui di Sleman dan Yogya kota yang berjubel kuliner mulai dari warung angkringan, restoran padang sampai tempat makan eksklusif. Berdasar pengamatan, pengunjung warung kelor umumnya berusia di atas 40 tahun. Nah, silakan catat, Warung Bubur Kelor, Jl Saptohoedojo 113 Kasongan, Bantul, Yogyakarta ke dalam agenda kuliner Anda. ***
obat tradisional penyakit tipes
May 2, 2017 at 2:36 pm
terimakasih min, artikelnya manfaat banget buat saya,. banyak orang sering sebut sebut daun ini saya ga tahu profilnya eh, nemu disini makasih ya… kalau bisa di tunggu post tentang masker kecantikan gitu min… aku langganan datang…