Entertainment

‘Kun ana wa anta’- Film Anak Melawan Perdagangan Satwa Ilegal

Published

on

JAYAKARTA NEWS— Belakangan jarang atau bahkan tak ada film anak yang diproduksi di republik ini. Mendadak sontak mencuat sebuah film keluarga dan anak berjudul ‘Kun ana wa anta’ yang berarti ‘Jadilah Diri Sendiri’ yang dibuat oleh DNA Production, Happening Films dan Maxstream.

Jujur, film ini sangat menarik dan memberikan nilai edukasi kepada penonton ditengah langkanya film bergenre anak.

‘Kun ana’ bercerita tentang 5 sahabat di pesantren. Kisah religi ini enggak menggurui dan sangat lugu, bahkan ceritanya jujur dari kacamata anak-anak.

Dibintangi oleh aktor anak yang sangat menjiwai perannya, Muzakki Ramdhan. Pelakon lainnya hampir semuanya anak, yaitu Abe Moore, Kayla Harlo, Balgis Balfas dan Austyn Senduk. Plus beberapa bintang dewasa diantaranya Donny Alamsyah dan Mathias Muchus, kisah petualangan anak-anak ini mengalir runtut dengan alur linear.

Kedatangan Firman di pondok pesanren membuat heboh karena ular yang dibawanya terlepas sehingga berkeliaran di aula, tempat acara sunatan masal yang dihadiri semua penghuni pondok.

Intro ini membuat penonton tertawa geli karena ada satu santri anak enggak mau disunat. Si santri anak ini berkata mau disunat seperti Nabi Ibrahim yang dipotong kulupnya ketika berusia 80 tahun.

Adegan awal berupa penyelipan edukasi yang menarik ihwal kesehatan dan kebersihan sirkumsisi (sunat) ini berhasil diselipkan oleh sutradara Rully Manna secara pas dan menggelitik.

Namun, bukan adegan sirkumsisi itu yang penting. Tapi peristiwa Firman membawa ular ke pondok itu yang dibahas dan dibincang. Karena pengasuh pondok menerapkan peraturan bahwa di pondok enggak diperkenankan memelihara binatang yang diluar kelaziman.

Di pesantren, Firman tinggal bersama Hanif, anak desa yang benci terhadap semua binatang. Selain berkawan dengan Hanif, Firman juga berteman karib dengan sobat yang lain. Firman dan csnya, yaitu lima sahabat ini enggak sengaja terseret kedalam petualangan menegangkan yang mengancam jiwa mereka.

Bagaimana semua bisa terjadi ?

Kun ana memang menyuguhkan hal-hal yang luar biasa. Nilai-nilai positif untuk anak kita, cinta kepada sesama, cinta kepada lingkungan dan memerangi sindikat perdagangan satwa liar dan ilegal semuanya divisualkan secara ciamik oleh sutradara.

Tanpa tedeng aling-aling, ihwal filosofi kehidupan di pondok dikemas dengan luwes nan apik dalam satu film anak yang edukatif tanpa mrmbosankan.

“Memang sudah menjadi mimpi saya untuk membuat film anak yang ceritanya juga disukai orang dewasa,” tutur Rina Novita, Direktur Utama DNA Productions. Ucapan ini juga direspon Kak Seto, pendidik anak yang ditunjuk sebagai Duta Kun ana wa anta.
“Film ini wajib tonton oleh seluruh keluarga di Indonesia,” tutur Kak Seto.
Syabas ! (pik)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version