Kabar
Kikiek: Kelak, Dunia tanpa Negara
Prof (Ris) Hermawan “Kikiek” Sulistyo, Ph.D (kiri) dalam sarasehan “Pancasila Mempersatukan Kita, Hoaks dan Radikalisme Musuh Kita Bersama”, Sabtu 11 November 2017 di Villa Kp. Caringin, Bogor. Foto: Rina Ginting
“Saya keliling negara Eropa, sama sekali saya tidak merasakan adanya batas antara negara. Yang bisa kita lihat hanya perbedaan strata sosial. Kalau terlihat kurang makmur, oh… ini pasti pecahan Soviet. Kalau kita melihat keadaan lebih makmur, oh… ini pasti Perancis….,” ujar Kikiek, dalam sarasehan yang berlangsung di Villa Kp. Caringin, Bogor, 11 November 2017.
Hermawan Sulistyo
Pengamat politik penulis buku “Palu Arit di Ladang Tebu” itu menambahkan, bahwa tren ke depan semua serba global. “Benar-benar borderless,” ujarnya
Kita ini plural. Kemampuan paling hebat bangsa kita sebenarnya adalah “pencuri”, tetapi pencuri dalam arti positif. Bahkan nama Indonesia saja kita “curi” dari luar, yakni gabungan Yunani dan pengaruh Hindu. Nesia (Yunani) yang berarti pulau-pulau, dan Indo dari Indus, pengaruh Hindustan. Bahkan sembohan bhinneka tunggal ika juga bukan orisinal punya Indonesia. Termasuk burung garuda Pancasila. “Artinya, tidak ada masalah jika kita menjadi ‘pencuri’ tetapi dalam konteks positif,” ujarnya seraya menambahkan, “yang dilakukan Malaysia adalah ‘mencuri’, dari reog, batik, dan lain sebagainya.” ***