Kesehatan

“Jajan”, Kanker Serviks dan Harapan Hidup

Published

on

BAGAIMANA kejamnya  penyakit kanker, keluarga besar Jayakartanews.com, paham betul. Penyakit itulah yang memaksa pungkasnya kebersamaan kami dengan Novi Nuryanti, salah satu jurnalis eks Harian Jayakarta yang belum lama iniberpulang.

Tidak berlebihan ketika melihat bagaimana para sosialita dan sejumlah politisi memberikan suport kepada artis Julia Perez (Jupe), yang kini tengah berjuang untuk sembuh dalam melawan kanker serviks. Jupe kini harus melawan kanker yang memasuki stadium 4. Selain mendoakan, mereka dengan suka rela juga menyisihkan rezeki membantu biaya berobat Jupe.

Penyanyi Maia Estianty, menyumbang Rp100 juta. Pengusaha Sandiaga Uno yang tengah bersaing dalam Pilkada DKI Jakarta, memberi Rp 333 juta. Pilihan jumlah tersebut tak terelakkan memang berkait dengan nomor urut pasangan Aies – Sandi pada Pilkada DKI. Sekalipun begitu, Sandi meminta hal ini agar tidak dilihat sebagai  money politics. Menurut Sandi, hal ini merupakan perjuangan untuk model dan penyanyi dangdut tersebut yang bersedia berbagi dengan para penderita kanker lainnya.

Foto by IG juliaperrezz

Sandi mengenal penyanyi yang ngetop dengan lagu “Aku Rapopo” itu, melalui akun instagramnya. Jupe sering meng-like postingan Sandi, yang kemudian juga memberikan komentarnya. Mulanya Sandi penasaran, apakah benar Jupe yang memberikan jempol pada postingannya. Sejek itulah, Sandi dan Jupe kemudian sering berkomunikasi.

Selama sakit, Jupe mencoba “menikmati” cobaan itu sendiri. Bahkan kepada  ibudanya pun, Sri Wulansih, saat Jupe berangkat berobat ke Singapura, tidak pernah menceritakan penyakitnya. Mantan istri Gaston Perez itu hanya mengatakan, berobat saja.

Lantas bagaimana kondisi Jupe sekarang? Menurut adiknya, Nia Anggia, kondisi Jupe sering ngedrop, acap demam, suhu badannya tinggi dan HB-nya turun. Jupe juga harus mendapatkan tranfusi darah, untuk menjaga kondisinya agar tidak ngedrop. “Hari-hari ini dia demam tinggi, kakinya pun makin bengkak,” ujar Nia.

Pendarahan

Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi wanita. Semua perempuan dari pelbagai usia, berisiko terkena kanker serviks. Hanya saja, pada umumnya kanker ini cenderung menyerang wanita yang aktif secara seksual.

Pada awalnya, kanker serviks lazimnya tidak punya gejala. Gejala paling umum adalah pendarahan pada vagina pasca berhubungan seks, yang terjadi di luar masa menstruasi, atau setelah menopause. Jangan terlalu khawatir, sekalipun ada pendarahan, bukan berarti Anda pasti menderita kanker serviks. Nah untuk memastikannya, harus dilakukan pemeriksaan oleh dokter  spesialis.

Menurut laporan Organisasi  Kesehatan Dunia (WHO), pada 2014 lebih dari 92.000 wanita di Indonesia meninggal karena kanker, 10,3% diantaranya akibat  kanker serviks. Jumlah kasus baru kanker serviks hingga 2014 mencapai hampir 21 ribu. Yang mengejutkan,semenjak tahun 2000 hingga 2012, wanita yang menderita kanker serviks kisarannya jusianya makin muda.

Penderita kanker serviks di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Lihatlah apa apa yang disampaikan WHO ini. Pada tahun 2000, penderita kanker serviks usianya pada kisaran 21-22 tahun, sementara pada tahun 2012 turun ke usia muda di bawah 20 tahun.

Dalam pandangan WHO, untuk penyakit kanker, skrining terhadap para penderita kurang, lebih-lebih terhadap pengindap  kanker serviks. Sitologi serviks dan ulasan asam asetat, hingga tahun 2014 secara umum belum ada di pusat kesehatan primer (Puskesmas/klinik). Hal inilah yang mempengaruhi tingginya jumlah kematian yang diakibatkan oleh kanker serviks di Indonesia, sebagai dampak dari keterlambatan diagnosis. Pada banyak kasus, ketika terdeteksi menderita kanker, sel-sel ganas itu  sudah menyebar ke organ lain. Hal ini menjadi pangkal soal mengapa pengobatan kanker menjadi makin rumit.

Penyebab Kanker Surviks

Kanker  serviks hampir semuanya dipicu oleh human papillomavirus  (HPV). Kumpulan virus itu pada umumnya membuat  kutil di tangan, kaki, dan alat kelamin. Sebagian besar jenis HPV sebenarnya merupakan virus yang tak berbahaya. Tapi, yang menyebabkan kanker serviks adalah jenis yang  mengganggu sel-sel leher rahim, sehingga tidak dapat berfungsi  normal. Inilah yang kemudian memicu kanker serviks. Virus HPV ditularkan melalui hubungan seks.

Ada dua jenis HPV yang sangat  berbahaya, yaitu HPV 16 dan HPV 18. Keduanya menjadi penyebab dari  70 persen kasus kanker serviks. Celakanya, karena HPV kedua jenis ini tidak menimbulkan gejala, maka banyak perempuan yang tak menyadarinya  telah terinfeksi virus berbahaya ini. Masalahnya, tidak semua wanita yang terinveksi virus ini tidak terserang kanker.

Dokter menasihatkan penggunaan kondom saat berhubungan dapat melindungi wanita dari virus HPV. Sekalipun demikian, kondom juga tidak menjamin 100% dalam membentengi dari infeksi HPV. Pada beberapa wanita, saat terinveksi  HPV, sistem imun dalam tubuhnya berupaya mencegah virus melukai rahim. Pada beberapa wanita lainnya, virus HPV “nginap” bertahun-tahun yang memicu sel-sel di permukaan serviks berubah jadi sel kanker.

Sekarang ini sudah tersedia vaksin buat menangkal infeksi HPV, yakni vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18; vaksin kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9 jenis HPV yaitu 4 jenis ditambah 31,33, 45, 52, dan 58.

Lebih dari itu, yang perlu sekali diperhatikan para wanita adalah menjalani screening guna mendeteksi secara dini ada tidaknya kanker serviks. Screening ini juga dikenal dengan pap smear atau tes smear. Tujuannya untuk deteksi bila  ada sel-sel abnormal yang mungkin dapat berubah jadi sel kanker. Pap smear dilakukan dengan mengambil  sampel sel  dari leher rahim, yang kemudian memeriksanya secara seksama di bawah mikroskop.

Dari segi medis, penderita kanker serviks pada stadium 1 memiliki peluang harapan bertahan hidup 80-99 persen setidaknya 5 tahun setelah didiagnosis kanker serviks. Untuk Stadium 2 dengan harapan hidup 60-90 persen, stadium 3 dengan asa hidup 30-50 persen, dan untuk stadium 4 dengan harapan hidup  20 persen.***

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version